Mohon tunggu...
Iskandar Zulkarnain
Iskandar Zulkarnain Mohon Tunggu... Administrasi - Laki-laki, ayah seorang anak, S1 Tekhnik Sipil.

Penulis Buku ‘Jabal Rahmah Rendesvous Cinta nan Abadi’, 'Catatan kecil PNPM-MPd', 'Menapak Tilas Jejak Langkah Bung Karno di Ende', 'Sekedar Pengingat', 'Mandeh Aku Pulang' (Kumpulan Cerpen) dan 'Balada Cinta di Selat Adonara' (Kumpulan Cerpen). Ayah. Suami. Petualang. Coba berbagi pada sesama, pemilik blog http://www.iskandarzulkarnain.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Lelaki Tua Yang Kalah

11 Agustus 2014   05:46 Diperbarui: 10 Agustus 2016   09:13 482
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

*****

“Ma.. coba ngerti deh” Tono masih coba menjelaskan dengan sabar, terhadap tuduhan selingkuh keuangan yang dilakukannya. Rezeki berlebih yang diterimanya, selalu berakhir pada penambahan angka pada rekening tabungan mereka. Tetapi Ima, selalu saja curiga, seakan apa yang yang ditabungkannya, hanya sebagian saja, sedangkan sebagian yang lain, digunakan untuk yang lain. Selingkuh pada wanita lain.

“Buktinya… angkanya cuma nambah segitu.”

“Iya memang cuma segitu lebihnya, setelah dipotong biaya hidup kita”

“Bohong, Ima gak percaya”..

“Subhanallah… masak Ima gak percaya sih? Mas sudah melakukannya dengan jujur Ma” jawab Tono, coba menenangkan Ima.

“Gak percaya, pasti dibuat untuk selingkuh. Mana ada sih, supir yang jujur?”

“Istighfar Ma…”

“Bodok…” cemberut Ima makin menjadi. Pertengkaran demi pertengkaran yang gak perlu terjadi, hanya disebabkan karena sifat cemburu buta. Tanpa sebab tanpa ada indikasi awal. Melelahkan jiwa pada tubuh Tono yang sudah penat dalam mengejar asa yang ingin diraihnya.

*****

Mendekati usia pensiun, rumah idaman itu selesai juga, Anton anak semata wayang mereka telah duduk di semester lima. Supir tembak Angkot telah lama ditinggalkan Tono, dia kini telah memiliki usaha. Nyaris semuanya telah berubah dari kondisi ketika rumah tangga itu dimulai, nyaris sempurna semua, kalau saja Ima mau berubah. Tetapi, disitulah masalahnya, Ima masih seperi dulu, tak juga kunjung berubah, masih dengan cemburu yang membabi buta. Kalaupun ada yang berubah pada Ima, itu hanya terlihat dari bentuk tubuhnya yang makin melar, rambut putih yang makin banyak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun