Teknologi telah mempermudah banyak aspek kehidupan, dari pekerjaan hingga hiburan. Jika dulu saya harus berusaha keras mencari buku referensi di perpustakaan, kini generasi muda dapat mengakses informasi dari smartphone mereka dalam hitungan detik.Â
Namun, bukan berarti kemudahan ini membuat mereka lebih malas. Sebaliknya, mereka justru menghadapi tantangan yang lebih kompleks, seperti informasi berlebihan (information overload), tekanan sosial, dan standar kesuksesan yang sering kali tidak realistis.
Kenapa Generasi Tua Merasa Terganggu?
Sebagai generasi yang tumbuh di masa transisi dari dunia analog ke digital, saya bisa memahami mengapa sebagian generasi tua merasa terganggu dengan kebisingan yang dihasilkan oleh generasi muda di media sosial.Â
Mereka melihat kritik, tuntutan, dan keluhan yang sering muncul sebagai bentuk ketidakhormatan terhadap sistem atau aturan yang sudah ada. Namun, saya merasa perlu untuk merefleksikan bahwa kebisingan ini sebenarnya adalah tanda dari proses perubahan yang sedang terjadi. Perubahan yang dibutuhkan untuk menyesuaikan diri dengan dunia yang terus berkembang.
Suara Perubahan atau Hanya Ribut Belaka?
Tentu saja, tidak semua suara yang muncul di media sosial adalah suara yang konstruktif. Kita tidak bisa menutup mata terhadap penyebaran hoaks, ujaran kebencian, dan informasi yang menyesatkan.Â
Dalam beberapa kesempatan, saya merasa miris melihat bagaimana generasi muda terkadang terjebak dalam lingkaran disinformasi. Namun, di sisi lain, saya juga melihat banyak inisiatif positif yang muncul dari media sosial.
Gerakan-gerakan seperti #SaveKPK, #TolakOmnibusLaw, hingga gerakan-gerakan lingkungan lokal seperti #SelamatkanLaut, semua menunjukkan bahwa media sosial bisa menjadi alat yang kuat untuk perubahan sosial. Generasi muda, dengan segala keterbukaannya terhadap teknologi, mampu memanfaatkan platform ini untuk menciptakan dialog yang kritis, membangun kesadaran kolektif, dan menuntut perubahan.
Tantangan di Masa Depan
Namun, di balik potensi besar media sosial, tantangan juga muncul. Salah satunya adalah polarisasi. Saya sering kali mendapati bahwa media sosial memperkuat perbedaan pandangan di antara kelompok-kelompok masyarakat.Â