Puisi di atas dapat kita ubah dengan menggunakan gaya bahasa personifikasi, yakni gaya bahasa yang mengumpamakan sebuah hal atau benda mati memiliki sifat menyerupai manusia.Â
Laut ini memandangku penuh cemburu
Kepada ombak, dia sampaikan rindu dan dendam
Di balik hangatnya mentari yang mengerling genit
Buih laut hempaskan dua rasa itu hingga jauh
Nah, bagaimana menjadi berbeda, kan? Meski belum terlalu puitis. Tapi, oke lah ya bagi penulis puisi yang baru mulai menjejakkan kakinya di jagat per-puisi-an. Sebagai latihan, kita bisa terus mencoba-coba untuk otak-atik berbagai diksi. Sebagai permulaan kita bisa bermain pada rima, diksi, bait, dan gaya bahasa.
Maksimalkan Penggunaan Majas
Dalam bukunya yang berjudul Seni Menulis Puisi, Hasta Indrayana lebih banyak mengajak pembaca untuk memaksimalkan penggunaan majas atau gaya bahasa. Kenapa demikian? karena banyak sekali kekayaan bahasa estetik terkandung dalam majas.Â
Kita semua tahu, bahwa puisi adalah kata-kata yang berbalut estetika dan keindahan kan? Jadi, mengapa tidak kita memanfaatkan hal itu, untuk memperkaya pengalaman batin kita dalam menulis puisi.
Dengan mengetahui, memahami, dan mencoba menerapkan majas-majas itu dalam puisi kita. Akan membuat puisi atau tulisan yang kita buat, menjadi semakin menarik, memberikan kesan mendalam, membuat kata-kata semakin imajinatif dan estetik, bertabur kiasan.Â
Hal ini, akan sangat berguna bila kita ingin menyampaikan suatu pesan yang bersifat emosional atau mengandung unsur perasaan seperti sedih, duka, kesal, cemburu, bahagia, dan lain-lain.