Awal 'terjerumus' ke dalam dunia puisi
Dilansir dari matapuisi.com, sebenarnya sebagian besar penyair Indonesia itu, di awal ketertarikannya dalam dunia menulis puisi. Itu bermula hanya dari rasa suka, tanpa bekal teori dan teknik untuk dapat menulis puisi.Â
Dengan berbekal rasa suka, para penyair tersebut belajar secara otodidak, mengikuti naluriah yang ada dalam otak dan jiwa mereka, membaca sajak apa saja yang ditemukan. Baik di media cetak, maupun media online. Mereka terus-menerus mencoba menulis puisi, hingga menemukan gaya dan brand mereka sendiri.
Bisa dikatakan bahwa, pada langkah pertama tersebut, para penyair kita itu ibarat meraba-raba dalam gelap. Terus saja mencoba untuk melangkah dan terus melangkah, dengan harapan akan bertemu cahaya.Â
Dalam kegelapan itu mereka belum menemukan senter dan tongkat sebagai teori, metode, dan teknik menulis puisi yang akan menuntun mereka ke arah cara penulisan puisi yang 'benar'.
Akhirnya, teori tentang petunjuk cara membuat puisi itu ditemukan sambil berproses. Itu pun bukan dari sekolah sebagai lembaga yang resmi. Melainkan banyak didapatkan dari luar sekolah.Â
Ingin bisa menulis semua genre
Inilah, sebuah fenomena yang sering saya rasakan, sebagai penulis pemula. Banyak sekali keinginan untuk bisa menulis semua genre dalam aktivitas kepenulisan ini. Tidak hanya bisa menulis artikel, punya keinginan juga untuk bisa menulis puisi, cerpen, cernak, dan lain-lain.
Minimal menulis puisi saja dulu. Karena, dilihat dari jumlah kata tidak terlalu panjang, bisa dikerjakan dalam waktu singkat, tidak membutuhkan referensi berbentuk data, fakta, dan pendapat orang lain.Â
Puisi, benar-benar karya yang praktis. Satu-satunya genre yang bersifat benar-benar bebas, bergantung seratus persen kepada penulisnya.
Hal itu, karena di dalam puisi dikenal sebuah istilah, insentia poetica, yang artinya kebebasan dalam berpuisi. Sebagai penyair --istilah khusus untuk orang yang suka menulis puisi, kita diberikan keleluasaan untuk membingkai kata dengan tanpa mempedulikan kaidah ejaan, tanpa harus ada paragraf, tanda baca, dan lain-lain. Dengan tujuan untuk menghasilkan puisi yang estetik dan bermakna.