Meskipun penuh perjuangan dan terasa sangat susah. Tapi, hidup lebih dinikmati. Setiap proses yang dilalui, setapak demi setapak terasa indah. Bagaikan tetesan air yang menimpa bebatuan, setetes demi setetes sehingga meninggalkan jejak yang dalam menjadikan batu menjadi cekung.
Bapak pergi bekerja setiap hari, berangkat di pagi buta setelah shalat subuh. Berbekal nasi timbel dibungkus daun pisang, dengan lauk ikan asin yang dibakar di atas tungku. Menuju ladang atau sawah untuk mencangkul dan menyiapkan lahan untuk menanam padi.
Sementara itu, ibu di rumah menumbuk padi dengan alu hingga menjadi beras yang siap ditanak. Tidak ada pabrik untuk memproses padi menjadi beras saat itu.
Kami anak-anak bermain di luar rumah, tanpa alas kaki, berkejaran berbaur bersama ayam yang berkotek, kucing yang berjemur sambil mendengkur di kursi lapuk, dan anjing yang menggonggong bila ada orang asing yang melintas.
Lalu, pelan tapi pasti teknologi mulai masuk ke desa. Ada sekolah dasar dan menengah program inpres. Dibangun pabrik penggilingan beras, listrik masuk desa. Setelah itu, satu persatu kemudahan hidup meninabobokan kami.
Hidup nyaman, mulai lupa daratan
Hidup menjadi nyaman dan mudah. Tapi, entah mengapa. Sejak saat itu, kebiasaan mengaji di surau, saat magrib hingga isya, dengan suara sopran anak-anak dan pak Ustadz merdu merayu menyejukkan hati. Sekarang, perlahan mulai menghilang digantikan hingar-bingar suara musik.
Hidup sekarang ibarat perlombaan. Tanpa tahu dengan siapa sebenarnya, yang menjadi saingan kita. Ingin cepat-cepat menjadi kaya, sukses, berhasil, dan lain-lain. Semua impian dan cita-cita tersebut menjadikan setiap orang berpacu dengan waktu. Hidup dijalani dengan serba tergesa-gesa.
Di jaman yang serba canggih, teknologi menguasai setiap aspek kehidupan, dan digitalisasi di segala lini. Mau tidak mau menuntut kita, sebagai subyek jaman untuk berlari cepat. Bahkan, kalau bisa melesat terbang mengarungi angkasa.
Teknologi, sejatinya adalah alat atau sarana, media yang memiliki tujuan untuk membuat hidup terasa lebih mudah, nyaman, cepat, dan hemat biaya.
Tidak dapat dipungkiri. Hidup manusia saat ini sangat bergantung kepada teknologi. Saking bergantungnya, terasa lebih baik lupa bawa dompet, daripada lupa membawa hand phone.Â