Semua tantangan di awal-awal menikah akan dapat dilewati dengan mudah. Jika, kita dan pasangan saling menerima kekurangan masing-masing, memaklumi, dan menguatkan.
Life togetherÂ
Sejatinya, menikah atau membangun rumah tangga adalah life together, yakni hidup bersama dalam atap rumah yang sama, antara suami dan istri. Bahkan, tidak hanya suami dan istri, ya. Kadang, istri di rumah keluarga suami, atau suami tinggal bersama orangtua istri.
Idealnya, sih ketika menikah itu pasangan suami istri langsung menempati rumah pribadi, minimal dengan cara kos atau mengontrak. Bila dana yang dimiliki belum cukup.
Karena, dengan hidup hanya berdua saja. Akan meminimalisir konflik yang terjadi. Baik masalah dari pihak keluarga istri, maupun suami.
Life together atau hidup bersama memiliki ciri seperti berikut.
1. Diferensiasi peran
Dalam rumah tangga terjadi pembagian peran. Suami dan istri bekerja dan melakukan aktivitas sesuai tujuan pokok dan fungsi masing-masing. Tanpa saling mencampuri dan saling membantu, alias teu pacorok kokod, dalam bahasa Sunda.
Umpama, suami bertugas mencari nafkah. Dia keluar rumah dari pagi dan pulang petang, bahkan lembur hingga malam hari. Sedangkan istri bertugas mengelola rumah, memasak, mencuci, dan lain-lain terkait pekerjaan rumah tangga.
Ketika kita hanya life together. Maka, tidak ada aktivitas yang saling membantu. Istri tidak ada upaya untuk membantu suami mencari nafkah. Begitu pun suami tidak ada usaha sama sekali untuk meringankan beban istri.
2. Hidup berjalan di dalam koridornya masing-masing