Menjaga keperawanan merupakan sebuah bentuk penghargaan dan apresiasi seorang perempuan akan tubuhnya sendiri. Keperawanan akan menjadi patokan bagaimana perempuan menghormati dirinya, menganggap dirinya berharga, dan hanya layak memberikan sesuatu yang berharga itu kepada laki-laki yang sah, yakni setelah menikah.
Keperawanan atau virginitas
Keperawanan atau virginitas adalah sebuah kondisi di mana seorang perempuan belum pernah melakukan hubungan seks. Dengan begitu, selaput daranya masih normal dan tidak robek. Jika pun selaput dara itu robek, bila diakibatkan oleh kecelakaan semisal jatuh, atau cedera dari sepeda. Maka, tetap dikatakan masih perawan jika perempuan tersebut belum melakukan hubungan seks.
Di negara kita, keperawanan seorang perempuan masih dijaga dan diagungkan. Oleh karena itu, stigma ini akan terasa menekan bagi beberapa perempuan yang terbiasa hidup bebas, tapi jiwanya masih terkungkung norma dan aturan.Â
Di dalam pikiran masyarakat kita sudah mengakar sebuah perspektif, bahwa perempuan yang berani memberikan keperawanannya sebelum menikah sebagai perempuan yang tidak baik.Â
Kita patut berbahagia. Karena, berdasarkan survei yang dilakukan oleh Lembaga Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia, menunjukkan bahwa sikap anak muda yang menganggap bahwa keperawanan itu penting cenderung meningkat. Dari 77 persen remaja putri yang setuju bahwa menjaga keperawanan itu penting bagi mereka, meningkat menjadi 99 persen. Begitu pun bagi remaja laki-laki, dari 66 persen yang setuju, meningkat menjadi 98 persen. Semoga saja ini kabar baik, ya.
Meskipun, faktanya Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat bahwa kasus remaja putri yang tidak lagi perawan, setiap tahun datanya terus meningkat.Â
Dilansir dari merdeka.com, hasil penelitian KPAI bekerja sama dengan Yayasan Buah Hati menunjukkan data, sekitar 62,7 persen siswi SMP dan SMA sudah tidak perawan. Sebagian besar kasus itu terjadi di kota-kota besar, seperti Bali, Medan, Jakarta, dan Surabaya.
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) melakukan wawancara kepada 19.882 responden yang berusia antara 15-24 tahun. Hasilnya, 38 persen remaja putri mengatakan jika mereka melakukan aktivitas seksual tersebut terjadi secara begitu saja, tanpa ada alasan tertentu. Sedangkan, 57 persen remaja putra mengaku mereka melakukan aktivitas tersebut dilandasi oleh rasa penasaran dan ingin mencoba.
Sosiolog, Musni Umar mengatakan, "Fenomena ini (aktivitas seksual remaja saat ini) sangat menyedihkan bagi kita. Telah terjadi pergaulan bebas (yang dilakukan para remaja) di masyarakat kita yang masih memegang simbol keperawanan sebagai sebuah hal yang sangat penting."