Secara bahasa tulang punggung memiliki arti sebagai seseorang yang menjadi tumpuan keluarga, penopang dalam membiayai keluarga, pencari nafkah utama dalam keluarga. Mengapa pencari nafkah dalam peribahasa disebut tulang punggung, bukan tulang-tulang yang lainnya. Umpama, tulang panggul, tulang iga, dan lain-lain.Â
Jawabannya adalah, karena di dalam tubuh manusia, tulang punggung adalah tulang yang terkuat, tulang yang bertanggung jawab untuk menjaga agar badan bisa berdiri tegak.
Jadi, jika dipaksakan perempuan yang dianggap tercipta dari tulang rusuk itu harus berperan menjadi tulang punggung. Maka, akan banyak kemudharatan yang terjadi dalam keluarga.Â
Mulai dari suami yang merasa kehilangan harga dirinya, anak-anak yang tidak terurus, kondisi jiwa raga perempuan yang lemah dan mudah stress, serta hilangnya keberkahan dalam rumah tangga.
Fenomena dunia terbalik
Konteks tentang maraknya fenomena perempuan bekerja dan laki-laki diam di rumah mengurus anak, dapat kita temukan dalam sebuah serial drama komedi di sebuah stasiun televisi swasta, yakni serial Dunia Terbalik.Â
Bagaimana istri-istri yang berada di salah satu daerah di Jawa Barat, dalam hal ini masyarakat Sunda, banyak yang berangkat ke Arab Saudi untuk menjadi tenaga kerja wanita (TKW).
Serial Dunia Terbalik sebuah produk film dalam hal ini berupa teks, telah menyuguhkan sebuah fakta dan realita yang tertangkap dalam kehidupan masyarakat. Diakui atau tidak, memang kenyataannya seperti itu.Â
Banyak perempuan yang sudah menikah, lalu memiliki anak. Baru saja anaknya lahir, perempuan tersebut terpaksa harus meninggalkan anaknya. Karena, ia harus bekerja mencari nafkah dan mewujudkan mimpi keluarga kecilnya, untuk memiliki rumah, kendaraan, dan biaya pendidikan.
Ada anggapan yang bergulir liar, bahwa penyebab istri bekerja mencari nafkah adalah suami yang tidak mampu memenuhi tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga. Suami telah gagal dalam mewujudkan eksistensi dirinya sebagai laki-laki, dimana ia seharusnya berperan sebagai pencari nafkah utama.
Tapi, anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar. Karena, banyak pula suami yang telah bekerja keras, mencari nafkah membanting tulang untuk mewujudkan tanggungjawabnya, menafkahi istri dan keluarganya.Â