1.
Suatu hari
Nenek memanggilku
Cu! datanglah ke huma
Sepulang sekolah
Ambillah buah yang menguning
Dari pohon nangka terakhir
Peninggalan kakekmu
Sebagai warisan dari ketiadaan
2.
Nyalakan tungkuÂ
Dengan dian dari harapan yang mengecil
Pandanglah ia dengan pijar semangat
Pada daun-daun pisang yang kering
Lalap bara pada manik matamu
Membakar semua kesedihan
Yang larut dalam hitamnya jelaga
Sulutlah kayu dan bambu meranggas
Sebagai suluh cita-citamu
3.
Nenek di barisan awal ladang
Sedang tekun mengetamÂ
Ketan putih yang ditanam kakek
Dengan seribu taburan cinta
Kilauan keringat yang berleleran
Bagai setampah berlian
Yang berhamburan dalam kepapaan
"Masaklah bubur dari padi ini!"
Katanya penuh minat
Matanya yang tua membulat ceria
4.
Kakek selalu memanggil niraÂ
Bersama beberapa bumbung bambu
Ia naik pohon itu di pagi buta
Dan kembali saat mentari mengulum senyum
beberapa keping gula yang dicetak pada batok kelapa
Laris dijual nenek di pasar desa
Menjadi penyambung nafkah
Bagi nyawa kami bertiga
5.Â
Pagi buta yang gelap dan hujan menangis
Kakek bangun tergopoh
"Nek! ayo kita buat burkenang*
Aku rindu masakan ibuku"
Mengucap begitu, kakek menelan ludah
Seperti sangat berselera
Nenek tersenyum mafhum
Seraya mengangguk gundah
"Ada apa? " Nenek tepis semua kekhawatiran itu
Keinginan kakek pagi ini
Serupa pesan dari tempat yang jauh
6.
Aku bermandi peluh dalam udara yang beku
Hujan telah membasahi semua suluh
Hingga tungku begitu lembab dan pucat
Ia seakan bebal terus saja tergugu
Hanya timbulkan asap yang pekat
Aku menangis tanpa kesedihan
Nenek terlihat khawatir
Matahari memang tidak datang pagi ini
Tapi, nenek yakin hari pastilah sudah siang
7.
Burkenang* pesanan kakek sudah siap
Walau sedikit bau tungku
Namun, aroma nangka dan ketan putih
Mampu halau jauh ketidaknyamanan itu
Kakek belum juga muncul
Hanya kabut dan rintik hujan yang tiba
Setelah itu, ternampak ia datang
Namun, digotong dalam tandu
8.
Kami hanya diam terpaku
Semua kata bagaikan hilang
Begitu juga air mata telah pergi
Langit bagaikan runtuh terasa
Hidup seperti terhenti dalam pusaran masa
Kami hanya saling pandang
Pada semangkuk burkenang*
Dan jenazah kakek yang terbujur
Dalam tandu basah yang bisu
Sumedang, 14 Juni 2022
*Burkenang singkatan dari bubur ketan nangka yang dimasak dengan gula merah, biasanya dihidangkan saat acara menanam padi di ladang/huma.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H