“Bisa saja Mas Teguh, membeli lingerie ini sebagai hadiah. Mungkin dia melihat, bahwa lingerie merah jambu yang sering aku pakai warnanya sudah usang.” Aku bergumam, seakan mengajak dialog hatiku sendiri.
Tapi, beberapa kali kubolak-balik kain tipis dan nerawang itu. Tidak kujumpai label atau kertas apapun yang menandakan produk ini baru dibeli. Malah, sobekan pita di atas bagian payudara, semakin menyakiti hatiku. Menandakan bahwa lingerie ini habis dipakai. Bahkan, sudah sering dipakai.
Ya, Tuhan! Entah mengapa hatiku terasa sakit sekali. Badanku terasa lemah dan tidak berdaya. Otakku bagaikan komputer yang kehilangan daya.
Karena, kelebihan aplikasi atau karena tiba-tiba saja baterainya drop. Aku tidak sanggup berpikir apa-apa. Bahkan, untuk menarik napas pun terasa sulit sekali.
Perasaan sakit telah mendahului semua yang terpampang di hadapanku. Di dalam lingeri berwarna merah jambu itu, memori dan imajinasiku melayang dan hinggap pada hotel tempat Mas Teguh menginap saat lokakarya itu.
Tergambar jelas dalam memoriku, bagaimana Mas Teguh dengan kata-katanya yang singkat-singkat itu merayu seorang perempuan.
Seperti apakah rupa perempuan itu? Monolog hatiku. Apakah ia sintal seperti aku. Ataukah langsing seperti kebanyakan perempuan masa kini. Masih mudakah? Bagaimana wajahnya, rambutnya, … ah aku merasa gila dengan pikiranku sendiri.
Aku tidak percaya, bila Mas Teguh tega melakukan hal itu di belakangku. Rasa-rasanya mustahil, tidak sedikit pun terlintas dalam otakku. Kejadian ini akan menimpa hidupku.
Beberapa kali kucubit paha, beberapa kali juga aku menjerit kesakitan. Ternyata, aku tidak sedang bermimpi. Tetapi, mengapa rasa sakit ini, begitu tidak dapat ku tahan. Aku ingin menenggelamkan semua perasaan tidak ini ke dalam kubangan mimpi. Agar ketika aku bangun. Semuanya akan baik-baik saja.
Sebenarnya, selain lingerie sialan itu. Tidak ada hal lain yang berubah dari Mas Teguh. Ketika aku searching di google tentang ciri-ciri suami selingkuh.
Tidak ada satu ciri pun yang tampak dalam tindakan dan perilaku Mas Teguh. Hand phone dia taruh sembarangan di mana saja, tanpa sandi dan password sekali pun.