Apakah trauma rumah sakit ada obatnya
Saat ini saya mengalami sejenis trauma psikologis. Saya juga tidak tahu persis apakah trauma ini disebabkan oleh layanan kesehatan yang belum maksimal atau karena ketegangan-ketegangan dari sakitnya anak-anak. Saya tidak dapat memastikan. Berikut adalah beberapa gejala yang saya alami, diantaranya :
1. Tidak mau masuk ke rumah sakit. Bahkan, jika ada rekan, tetangga, keluarga, dan sanak saudara yang melahirkan atau dirawat di rumah sakit. Saya tidak pernah menjenguk ke rumah sakit.Â
Saya merasa tidak mau saja. Hati kecil saya mengatakan, jangan! saya lebih nyaman menjenguk langsung ke rumahnya. Namun, ternyata pada saat pandemi, trauma saya ini mendapat pembenaran. Karena saat ini, menjenguk ke rumah sakit dilarang. Jadi, sedikitnya trauma saya itu menemukan alasannya.
2. Bila melihat bangunan rumah sakit tempat anak saya dirawat dulu. Jantung saya akan berdetak lebih kencang, keringat dingin di sekujur badan, napas tidak teratur, dan mual. Hati saya juga merasa tidak enak dan tidak tenang. Seakan-akan sesuatu yang buruk akan terjadi. Semua memori yang berkaitan dengan peristiwa tersebut saling berkelebat di dalam benak. Bagaimana saya membopong si sulung, memangku si bungsu, menuntun si tengah. Semua hal itu terasa diputar ulang seperti rekaman video kehidupan.
Nah, apakah hal tersebut ada obatnya? Salam hormat dan terima kasih. (*)
#Akses Kesehatan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H