Mohon tunggu...
Isti Yogiswandani
Isti Yogiswandani Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis buku Kidung Lereng Wilis(novel) dan Cowok Idola (Kumpulan cerpen remaja)

Suka traveling, dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Wajib Belajar 12 Tahun: Kuliah Tidak Wajib?

18 Mei 2024   11:31 Diperbarui: 18 Mei 2024   18:58 1193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Di sektor swasta, skill dan pengalaman lebih diutamakan (dokpri)

"Betul, persaingan semakin sulit, kuota jalur mandiri sekarang 50%!"

Bekerja di perusahaan swasta. Pendidikan tidak menjadi syarat, pengalaman lebih diutamakan (dokpri)
Bekerja di perusahaan swasta. Pendidikan tidak menjadi syarat, pengalaman lebih diutamakan (dokpri)

Obrolan itu membuat saya nyengir. Dulu, saat saya kuliah di kampus tercinta, tahun 90 an, UKT yang saat itu masih bernama SPP, besarnya cuma 180 ribu/semester. Ditambah pembelian Buku Pegangan Kuliah yang disediakan kampus, paling total sekitar 300-an. Tapi itu dulu. Puluhan tahun yang lalu.

Dilansir dari liputan6.com, Menurut Pasal 1 ayat (3) Permendikbud Nomor 55 Tahun 2013, UKT ditentukan berdasarkan sebagian biaya kuliah tunggal yang ditanggung setiap mahasiswa sesuai kemampuan ekonominya

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 55 Tahun 2013, UKT adalah besaran biaya kuliah yang harus dibayar mahasiswa untuk tiap semester di Perguruan Tinggi 

Beberapa tahun yang lalu, saat anak saya kuliah, SPP sudah diganti UKT, dan jalan masuk PTN juga semakin beragam. 

Si sulung sebenarnya diterima di kampus tercinta, tapi untuk program D3. UKT nya cuma sekitar 4 juta lewat jalur mandiri. 

Tapi di hari terakhir, dia diterima juga di Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya lewat jalur mandiri sesuai jurusan yang diinginkan, D4 Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

UKT nya 9.750.000 per semester. Dua kali lipat dari UKT jalur mandiri di D3 Hyperkes. Tapi Si sulung yang sudah sejak awal berminat masuk K3, memilih di Kampus yang UKTnya tinggi dibanding perguruan tinggi lain. 

Lulus dari sekolah vokasi, menjadi Manager proyek perlu memantau langsung pekerjaan timnya (dokpri)
Lulus dari sekolah vokasi, menjadi Manager proyek perlu memantau langsung pekerjaan timnya (dokpri)

Sedang Si Bungsu yang diterima di Universitas Negeri di Kota Bogor juga lewat jalur mandiri,tapi program D3, UKTnya 6,5 juta/semester. 

Berat? Tentulah berat bagi kami saat itu, sebab hanya suami yang bekerja sebagai pendidik di sebuah SMA negeri di sebuah kota kecamatan di Kabupaten Madiun. Sedang saya hanya Ibu Rumah Tangga yang harus pandai mengelola gaji suami, meski saya Sarjana pertanian dan mempunyai sertifikat mengajar biologi. Sesekali saya mendapat penghasilan dari honor menulis. Saat itu 1 cerpen yang dimuat honornya 200 ribu sekitar tahun 2002 an. Jauh lebih banyak dibanding honor menulis sekarang yang dihargai berdasarkan views.

Tapi Alhamdulillah, dengan kedisiplinan dan pengelolaan keuangan yang ketat, anak-anak bisa menyelesaikan kuliah tepat waktu. Dan Si Bungsu melanjutkan kuliah kembali untuk transfer ke S1, setelah sempat terjeda. Sekarang juga sudah lulus dan menunggu wisuda bulan juli nanti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun