"Ayuk, turun!"
"Nggak mau!"
"Tuh!" Aku menunjuk papan yang bertuliskan Tempat Pemakaman Umum.
"Ha.ha.ha..!" Ayah malah tertawa. Kok bisa ya, aku berhenti di sini!" Lanjutnya.
"Nggak papa, istirahat dulu. Mungkin karena tegang, otak jadi terganggu!" Jawabku hati-hati. Takut ngamuk. Jangan-jangan ayah lagi blank, dan kerasukan.
"Ayuk! Mau turun nggak. Aku mau beli bakso dulu. Itu juga ada es degan.
 Lumayan bisa jadi obat Puyeng. Capek, tau. Dari tadi suruh nyetir!"
Aku ikut keluar, siap dan waspada, jangan-jangan ayah lari ke kuburan. Eh ..
Aku ikut keluar, dan mengikuti ayah yang berbalik arah ke belakang.
"Ya, Allah!" Ternyata betul, di kejauhan ada warung bakso dan es degan. Begitulah kebiasaan ayah. Yang dituju di mana, parkirnya ke mana.Â
Alhamdulillah lega. Berarti ayah masih normal. Hihihi .
Tertulis jelas Bakso Tumpeng Cak Mahfudz.Â