Kami berdua segera menghampiri. Penjualnya mengenakan sarung dengan berewok dan jenggot lebat. Orangnya ramah dan telaten menjawab pertanyaan ayah.
Ternyata ada bakso jumbo dan bakso tumpeng. Boleh pilih salah satu atau keduanya.Â
Kami pilih bakso tumpeng, sepertinya unik dan menarik. Satu saja, sebab ukurannya lumayan, dan sepertinya cukup mengenyangkan.Â
Kami tadi sudah makan siang di Bromo. Jadi baksonya jadi time break saja. Hihihi .
Yuk kita cicipi.
Hemmm..kuahnya bening dan segar dengan gurih yang pas. Ayah langsung minta tambah kuah.
Bertabur daun seledri tampilannya semakin menarik.Â
Ayah menambahkan lontong, mungkin sudah lapar lagi karena energinya tersedot saat fokus menyetir.
Aku tidak menambahkan lontong, sebab menurutku seporsi bakso tumpeng ini sudah mengenyangkan.
Baksonya kenyal tapi empuk, sehingga mudah diiris pakai sendok, dan juga mudah dikunyah.Â
Terkadang ada bakso yang over kenyal. Dikunyah lari-lari, diiris pakai sendok juga membal.Â
Kalau ini tidak. Kekenyalan dan empuknya pas.