Awal-awal di Madiun, saat naik bis kecil, Â aku tidak dapat tempat duduk, dan dengan ikhlas berdiri, ternyata ada yang peduli.
"Monggo, Bu!" Seorang anak berseragam sekolah mempersilakan aku duduk.
"O,iya. Terima kasih. Sudah mau turun ya?"
Anak itu hanya tersenyum, dan berdiri sambil berpegangan pada kursi penumpang. Ternyata dia masih lama turun.
Di lain kursi, seorang anak lain yang berseragam juga berdiri dan mempersilakan seorang perempuan yang lebih tua dariku untuk duduk. Sehingga yang berdiri hampir semua anak-anak berseragam.
Diam-diam aku salut dengan adat kesopanan yang dipunyai para pelajar di sini.Â
Meskipun pelajar mendapat potongan atau tarif khusus, tapi mereka juga berhak mendapat tempat duduk.Â
Entah tata Krama seperti itu memang diajarkan di sekolah, atau mereka pelajari sendiri dari kebiasaan naik angkutan umum dan terdorong rasa empati untuk menghargai dan mengutamakan orang yang lebih tua.
Tentunya kebiasaan itu bisa menjadi contoh yang baik di kalangan pelajar.
Pengalaman naik angkutan umum juga kualami saat naik bus AKAP. Saat kursi di sampingku kosong, dan tas punggung kutaruh di kursi yang kosong, aku dimarahi oleh tukang ngamen atau tukang asongan yang ikut nebeng naik bis sampai terminal berikutnya.