Mohon tunggu...
Isti Yogiswandani
Isti Yogiswandani Mohon Tunggu... Ibu rumah tangga - Penulis buku Kidung Lereng Wilis(novel) dan Cowok Idola (Kumpulan cerpen remaja)

Peringkat 3 dari 4.718.154 kompasianer, tahun 2023. Suka traveling, dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Tolong Geser, Jadi Orang Kok Egois!

2 November 2023   13:01 Diperbarui: 2 November 2023   17:31 541
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana dalam bis antar kota antar provinsi (dokpri) 

"Tolong geser,Mbak!" Seorang ibu berpakaian formal berbicara pada seorang perempuan muda yang duduk paling pinggir dekat pintu.

Tapi si perempuan muda itu diam tak bergerak, juga tak bicara.

Si Ibu yang sebenarnya kukenal, karena tetanggaan sepertinya kesal dan menggerutu. Akhirnya masuk lebih dalam dan duduk di dekatku.

"Jadi orang kok egois. Padahal kita kan turun dekat situ ya,Mbak!" Si ibu mengajak bicara Aku. Aku tersenyum berempati.

Kami memang sebentar lagi turun, sebab jarak dari naik sampai turun cuma sekitar 1 km. Kalau naik kendaraan bermotor paling 5 menit sampai. Bahkan aku biasanya jalan kaki ke sekolah.

Sebenarnya keinginan Ibu itu wajar. Karena naik angkot cuma sebentar, inginnya duduk dekat pintu, jadi lebih mudah saat turun.

Tapi perempuan muda yang tidak bersedia tukar tempat juga tidak salah, karena dia dapat tempat lebih dulu, tentunya menginginkan tempat yang nyaman sesuai keinginan.

Jadi sebaiknya aku memang tidak perlu cawe-cawe. Hehehe...

Sekilas itu adalah pengalamanku saat masih bersekolah dahulu kala.

Lain lagi saat aku sudah menjadi emak-emak.

Awal-awal di Madiun, saat naik bis kecil,  aku tidak dapat tempat duduk, dan dengan ikhlas berdiri, ternyata ada yang peduli.

"Monggo, Bu!" Seorang anak berseragam sekolah mempersilakan aku duduk.

"O,iya. Terima kasih. Sudah mau turun ya?"

Anak itu hanya tersenyum, dan berdiri sambil berpegangan pada kursi penumpang. Ternyata dia masih lama turun.

Di lain kursi, seorang anak lain yang berseragam juga berdiri dan mempersilakan seorang perempuan yang lebih tua dariku untuk duduk. Sehingga yang berdiri hampir semua anak-anak berseragam.

Diam-diam aku salut dengan adat kesopanan yang dipunyai para pelajar di sini. 

Meskipun pelajar mendapat potongan atau tarif khusus, tapi mereka juga berhak mendapat tempat duduk. 

Entah tata Krama seperti itu memang diajarkan di sekolah, atau mereka pelajari sendiri dari kebiasaan naik angkutan umum dan terdorong rasa empati untuk menghargai dan mengutamakan orang yang lebih tua.

Tentunya kebiasaan itu bisa menjadi contoh yang baik di kalangan pelajar.

Tempat menunggu bis di Terminal (dokpri) 
Tempat menunggu bis di Terminal (dokpri) 

Pengalaman naik angkutan umum juga kualami saat naik bus AKAP. Saat kursi di sampingku kosong, dan tas punggung kutaruh di kursi yang kosong, aku dimarahi oleh tukang ngamen atau tukang asongan yang ikut nebeng naik bis sampai terminal berikutnya.

Tapi beruntung aku tidak menggubris, karena bisa jadi dia adalah sindikat pencopet yang sengaja membuat masalah dengan penumpang untuk tujuan melakukan  kejahatan. 

Intinya harus hati-hati jika bertemu dengan preman bis seperti ini. Karena dia bukan penumpang dan juga bukan kondektur yang berhak menegur penumpang. Sebaiknya abaikan saja.

Orang-orang seperti itu memprovokasi penumpang untuk saling berkonrlik, sehingga diam-dian dia bisa leluasa melakukan aksinya. 

Konflik di transportasi umum mungkin saja diciptakan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. 

Meski terbuka kemungkinan konfilk di transportasi umum karena jumlah penumpang yang tidak seimbang dengan jumlah armada. 

Kesenjangan jumlah penumpang dan jumlah armada umumnya terjadi selain kereta api. Sebab kini dalam kereta api, satu tiket satu tempat duduk. 

Tentu lain dengan KRL yang jumlah penumpang tidak dibatasi. Hal ini memicu konflik di transportasi umum. 

Apalagi jika kondisi panas dan berdesakan, Emosi penumpang mudah tersulut. Hal sepele bisa menyebabkan konflik serius. 

Konflik di angkutan umum juga pernah saya rasakan saat naik kereta api belum mensyaratkan satu orang satu kursi. 

Saat itu sehabis lebaran. Bisa dibayangkan bagaimana penuhnya kereta api. 

Sudah terlanjur naik kereta, kami berempat terpaksa berdiri. 

Aku menggendong si bungsu, ayah menggendong si sulung. 

Kondisi gerbong betul-betul penuh. Berdiri dan nyaris tidak bisa bergerak. 

Ealah, seorang perempuan pedagang asongan dengan baskom di kepalanya nekat menerobos kerumunan penumpang yang berdiri di sela kursi. 

Dengan seenaknya dia menawarkan dagangan dan menabrak-nabrak penumpang, menyelusup dan menginjak sana sini tidak peduli. Yang penting dagangan laku. 

Sepertinya memang dagangannya laris, buah-buahan, gorengan, nasi bungkus dan minuman botol atau malah dikemas plastik. 

Teriakan penumpang yang tersenggol dan terinjak tidak dia pedulikan. 

"Tang!!! Pinggiran baskom memukul kepala si sulung yang langsung menangis keras. 

Ayah langsung emosi. Perempuan pedagang asongan nyaris dijotosnya. 

Perempuan itu bukannya minta maaf malah ngomong pedas, yang intinya memang kondisinya begitu. Tersenggol itu biasa. Tentu saja ayah langsung naik pitam.

Seorang laki-laki berbadan besar berteriak. 

" Hai, mau diapain istriku? " Hampir saja berbaku hantam dengan ayah. Beruntung laki-laki itu bersitatap denganku yang reflek memegang tangan ayah. Sepertinya dia luluh melihat aku dan ayah sama-sama menggendong balita. 

Akhirnya ayah membiarkan perempuan itu pergi didorong Laki-laki yang mengaku suaminya. 

Insiden itupun terhenti. Tapi selalu membekas dalam ingatanku sampai waktu lama aku tak berminat lagi menggunakan moda transportasi kereta untuk bepergian. 

Saat pedagang asongan dilarang berjualan di kereta, mungkin aku salah satu pengguna moda kereta api yang bersyukur dan berteriak lega. Alhamdulillah.... 

Kini, naik kereta api bisa menikmati perjalanan dengan tenang dan nyaman, meski membeli jajanan di kereta sangat mahal, bisa disiasati dengan membawa bekal. 

Konflik di transportasi umum seperti kereta sudah jarang terjadi. Penumpang kereta semua mempunyai tempat duduk, dengan suasana sejuk dan nyaman, sebab di kelas ekonomi pun dipasang AC yang dingin. Bahkan malam hari jika tidak memakai baju hangat bisa menggigil. 

Semoga transportasi umum juga terjamin kenyamanan nya, sehingga konflik di transportasi umum tidak terjadi lagi karena cuaca panas dan berdesakan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun