"Mak, itu apa? " Tanyaku pada budhe yang sedang sibuk menata urap(kluban) di atas nasi liwet yang airnya sudah mengering.Â
Biasanya, masak nasi liwet, setelah diaduk dan airnya mengering, apinya dimatikan dan hanya diganti bara untuk mematangkan nasinya.Â
Saat itulah kluban/urap ditata di atas nasi dan ikut dimasak sampai matang.Â
"Sego megono," jawab Budhe yang biasa kupanggil mamak.Â
Saat itu aku masih kecil, dan rumahku sedang dibangun.Â
Seperti kebiasaan di desa, saat menaikkan genteng biasanya diadakan selamatan dengan memasak makanan untuk tetangga yang sambatan(gotong royong) ikut membantu memasang genteng dan kenduri.Â
Salah satu makanan yang dihidangkan adalah sego megono. Biasanya lauk utamanya ingkung ayam kampung dan telur rebus.Â
Terkadang ada juga tambahan tempe goreng garit, peyek teri, dan apa saja yang disediakan tuan rumah.Â
Dulu, sajian nasi megono adalah menu istimewa yang hanya ada dalam selamatan.Â
Tapi sekarang, di pasar tradisional, nasi/sego megono mudah ditemukan, khususnya di kampung halaman saya, Purworejo.Â
Beberapa waktu yang lalu, bahkan ada kompasianer yang berkunjung ke Purworejo dan membeli nasi megono.Â
Tapi dia baru mengenal nasi megono, dan berpikir, seperti itulah nasi megono.Â
Dari yang saya baca, nasi megononya berupa nasi, diberi urap dan lauk ikan asin, dibungkus daun dengan ditum, kemudian dikukus.Â
Ini mungkin nasi megono untuk versi khusus dijual. Sehingga penjualnya membuat kreasi seperti itu.Â
Kuliner kekinian memang lebih permisif dan inovatif. Kita tidak bisa menyalahkan atau memprotes kreativitas pembuatnya.Â
Yang penting kita paham, pada dasarnya, nasi megono adalah nasi yang dicampur urap atau kuluban, kemudian dikukus lagi agar menyatu.Â
Menurut Wikipedia, sego megono adalah sebuah kuliner khas Jawa Tengah yang terbuat dari potongan nangka muda yang dibuat urap-urap,sehingga menciptakan rasa gurih(wikipedia).
Tapi nasi megono yang saya kenal, adalah nasi liwet, yang setelah beras yang dimasak mendidih, kemudian diaduk dan airnya mengering, di atasnya ditata urap-urap dari bermacam sayuran, kemudian memasak nasi liwet dilanjutkan dengan bara api sedang, sampai matang.
Konon katanya, Megono awalnya berasal dari Kabupaten Pekalongan di pesisir utara Jawa Tengah.Â
Tempat asal: Indonesia
Daerah: Jawa Tengah
Menurut Wikipedia, Suhu penyajian: Panas atau hangat.
 Padahal disajikan dinginpun tetap lezat. Asal jangan terlalu lama diabaikan, sebab nasi yang dicampur urap-urap, tentunya membuat kuliner ini tidak awet.Â
Nasi megono biasanya disajikan dengan telur rebus, ingkung, rempeyek, tempe goreng dan kerupuk.Â
Tapi pada dasarnya semua lauk bisa digunakan, karena intinya nasi megono adalah nadi yang rasanya sudah gurih, karena urap/ kluban yang dikukus di atas nasi, bumbunya ikut meresap ke dalam nasi.Â
Saat membaca variannya, tertulis :
Variasi: Megono Pekalongan, Megono Wonosobo, Megono Temanggung.Â
Saya heran, kenapa Megono Purworejo tidak ada?Â
Padahal sejak saya kecil sudah kenal jenis nasi ini. Aroma dan rasanyapun masih setia bergelayut dalam ingatan.
Rasa khas urap yang dikukus. Mungkin tampilannya tidak cantik, karena pucat, dan teksturnyapun lembek karena overcook.Â
Namun, bagaimanapun juga, menurut saya, nasi megono adalah kuliner yang lezat. Sensasi rasanya membuat sego megono selalu diingat.Â
Dilansir dari p2k.stekom.ac.id,Nasi Megono khas Pekalongan, sebagai berikut:
Nilai sejarah dan budaya mengawali terciptanya nasi megono sebagai hidangan tang dipersembahkan rakyat untuk para pejuang.
 Megono berasal dari kata bahasa Jawa mergo(karena) dan ono (ada).
 Diawali pasukan Kesultanan Mataram di bawah pimpinan Bahureksa yang hendak berperang melawan VOC di Batavia pada tahun 1628.Â
Tidak ada salahnya mencicipi dan mengulas nasi megono saat peringatan HUT 78 RI.Â
Pasukan ini singgah di Pekalongan, membuat rakyat tidak mau tinggal diam. Mereka berusaha menyajikan hidangan untuk para pejuang.Â
Saat itu rakyat juga mendukung perjuangan pasukan Kesultanan Mataram.Â
Melawan VOC berarti juga melawan penjajah Belanda yang saat itu menduduki nusantara.Â
Mungkin nasi Megono bisa dihidangkan untuk menjamu warga saat acara tasyakuran menyambut peringatan HUT 78 RI.Â
Karena saat itu masa sulit, mereka hanya mempunyai beras dan sayuran yang bisa diambil dari pekarangan.Â
Mereka membuat masakan yang praktis dengan memasak nasi, sayur dan lauknya sekaligus.Â
Nasi yang hampir matang, di atasnya diberi urap/kluban dan lauk ikan asin sekaligus, kemudian dimasak lagi sampai benar-benar matang.Â
Kemudian hidangan itu dinamai sego megono. Nasi yang dimasak dengan sayur dan lauk seadanya.Â
Sedang menurut www.lintaspewarta.com/wisata-kuliner, nasi megono mempunyai makna fisosofi berupa doa dan pengharapan.Â
Megono, mugo-mugo ono. Semoga ada(apa yang diinginkan).Â
Nasi megono mungkin telah berkembang dengan berbagai kreasi atas kreativitas pembuatnya.Â
Tapi kuliner peninggalan nenek moyang ini tetap terasa lezat dan layak dilestarikan sebagai warisan budaya tak benda.Â
Sumber :
https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Megono#
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H