Misalnya ada orang yang kasar dan merendahkan saya. Mungkin saya tidak sakit hati dan memaafkan keburukan akhlaknya.Â
Tapi saya akan selalu berpikir kalau orang itu kasar dan tak layak dijadikan teman karena kerendahan akhlaknya.Â
Kalau sekedar kenal sih nggak masalah.Â
Pernah juga, kenal dekat orang yang sombong. Menganggap dirinya hebat, dan berusaha mencari-cari kekurangan dan keburukan saya dan suami saya.Â
Sepertinya kalau saya dan suami berbuat hal yang dianggapnya buruk dan salah, dia bahagia banget.Â
Mungkin dia tidak sadar, saat dia berlaku seperti itu, orang juga bisa berlaku yang sama.Â
Bahkan tanpa dicari-cari, keburukan akhlaknya justru terpampang nyata tanpa dikulik karena perilakunya sendiri.Â
Saya jengkel?Â
Iya, sih. Sebal dan mual. Apalagi tidak ada kelebihan pada dirinya yang bisa dilihat. Eh... Astaghfirullah! Tuh kan jadi ketularan.Â
Ah, sekarang saya selalu berusaha melihat kebaikan-kebaikannya.Â
Tapi jujur, agak susah. Justru kekasaran ucapannya dan keburukan perilakunya yang selalu terbayang.Â