Malam itu, aku muntah-muntah hebat. Suamiku memandangku bingung dan khawatir.Â
"Dek! "
"Hoek.hoek.. hoek..!Â
" Kamu kenapa? "
"Hoek..! "
Aku tak menjawab, setiap kali suamiku mengucapkan satu kata, aku muntah lebih hebat.Â
Suamiku membuka tudung saji, dan membuang semua makanan yang ada di situ.Â
"Sudah kubilang, jangan makan sembarangan! "
Dituntunnya aku berbaring di kamar. Tapi muntahku tak juga mereda. Jadi terpaksa di samping tempat tidur disediakan ember untuk menampung semua yang keluar dari perutku.Â
"Jangan-jangan kamu hamil? " Tiba-tiba mata suamiku berbinar. Ini sudah hampir 2 bulan kan kamu telat?"
Aku hanya mengangguk. Datang bulanku memang tidak teratur. Kadang 45 hari, kadang 2 bulan. Jadi aku tidak pernah tergesa-gesa berpikir hamil. Tapi kali ini aku juga muntah-muntah. Apa itu tanda kehamilan?Â
"Selamat ya, Bu. Ibu positif hamil! " Petugas puskesmas memberikan hasil pemeriksaan urin padaku, dan suamiku yang mendampingiku. Saat itu tespack memang belum populer, jadi untuk mengetahui kehamilan harus ke dokter atau puskesmas.Â
Air mata meleleh, terharu sekaligus khawatir. Aku merasa luar biasa dan takjub. Aku hamil??? Seperti sebuah keajaiban, mengandung makhluk mungil, melahirkan, dan punya anak? Aku merasa ada di awang-awang.Â
Suamiku juga memandangku dengan pandangan yang takjub.Â
Sudah hampir setengah tahun menikah, dan sudah sering orang bertanya, "sudah isi, belum? " Yang terkadang membuat kami terseyum kecut. Tapi kini, hal itu terjadi. Oh My God. Thank you so much.Â
Tapi kebahagiaan itu tak menghentikan rasa mual yang terus mengikutiku.Â
Beragam obat anti mual dari dokter kandungan tak ada efeknya.Â
Kejadian itu berlangsung sampai sekitar 7 bulan. Badanku sampai kurus, dan aku khawatir anakku kurang gizi.Â
Hampir tidak ada makanan yang masuk. Semua yang kumakan, pasti akan menimbulkan mual dan muntah. Hanya susu ibu hamil yang bisa masuk. Itupun tidak berlangsung lama, kembali mual dan muntah menyerang.Â
Sementara saat itu aku sedang mengerjakan skripsi. Beruntung kehamilan tidak terjadi saat aku mengadakan penelitian yang banyak menuntut kerja fisik. Meski begitu, tetap saja skripsiku tersendat-sendat. Beruntung suamiku bersedia mengetik skripsiku di komputer sekolah.Â
Akhirnya, 9 bulan lebih 15 hari, lahirlah si sulung. Telat seminggu dari perkiraan HPL yang diprediksikan dokter.Â
Sempat hampir dilakukan bedah cesar atau pemacu kelahiran. Tapi Bapak bilang, biar saja kalau waktunya lahir, pastilah akan lahir.Â
Alhamdulillah, si sulung lahir secara lancar dan normal.Â
Berhubung kami tinggal jauh dari orang tua dan sanak saudara, kami memutuskan untuk menunda kehamilan ke-2.Â
Selesai nifas, aku segera menemui bidan yang tak jauh dari rumah. Tapi Bu Bidan menyarankan, untuk berKB nanti saja kalau sudah datang bulan.Â
Beberapa bulan berlalu. Aku kembali mengalami mual, meski tidak sehebat yang pertama. Sejak selesai nifas melahirkan si sulung, belum sekalipun aku datang bulan, jadi aku belum ke dokter/bidan. Katanya belum masuk masa subur. Tapi, kenapa aku merasa seperti mengandung lagi?Â
Suamiku hampir-hampur tak percaya.Secepat itu mau punya anak lagi? Tapi menuruti kemauanku untuk memeriksakan diri ke puskesmas.Â
Dan hasilnya? Aku kembali mengandung anak ke-2!!!Â
Beruntung kehamilan kedua relatif ringan. Tidak lagi mual seperti kehamilan pertama, bahkan nafsu makan lebih besar, sehingga aku bisa menjalani kehamilan kedua lebih santai, sambil mengasuh dan mempersiapkan kondisi si sulung saat adiknya lahir nanti.Â
Setelah kehamilan yang kedua, meski belum mengalami datang bulan sehabis nifas, saya langsung melakukan program penundaan kehamilan. Dan sampai sekarang hanya mempunyai 2 anak.Â
Sebenarnya, program kehamilan diperlukan untuk mengatur jarak kehamilan dan kelahiran anak. Sebab, biasanya orang yang sudah menikah, secara normal akan segera diberi momongan, asal tidak melakukan penundaan kehamilan atau memakai alat kontrasepsi.Â
Namun begitu, pasangan yang ingin segera mendapatkan momongan,menurut dr. Boyke Dian Nugraha, Sp.OG, MARS Â seorang Ginekolog dan Seksolog, berikut hal yang bisa dilakukan untuk mempercepat kehamilan :
1. Berhubungan badan saat masa subur, yaitu :Â
Masa subur dihitung hari ke-11 sampai ke-17 dihitung dari haid yang pertama. Berarti bisa 13, 15, 17, dan 19 berhubungan seks. Kita tahu bahwa sel telur usianya 3 hari dan sperma juga,kata dokter Boyke.Â
2. Tidak perlu berhubungan badan  setiap hari.Â
Karena sel telur dan sperma usianya 3 hari, jadi jika ingin mempercepat proses kehamilan, lebih baik berhubungan 2 kali seminggu, jadi sel telur dan sperma sudah matang.Â
3. Melakukan pola hidup sehat.Â
Untuk perempuan, sebaiknya perbanyak makanan anti oksidan dan vitamin C.
Sedang laki-laki, mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung zinc, seperti kerang dan makanan laut, taoge, terus juga leunca, untuk meningkatkan kualitas sperma.Â
4. Mengkonsumsi jus sebagai sumber vitamin C daripada vitamin buatan yang merupakan bahan kimia.Â
5. Jangan terlalu lelah dan usahakan selalu rileks dan menikmati saat berhubungan badan.Â
6. Mengkonsumsi asam folat.Â
7. Bertanya dan ngobrol pada pasangan yang sudah punya pengalaman program kehamilan dan sudah berhasil.Â
Kalau dalam waktu setahun belum kunjung hamil, bisa kembali konsultasi pada dokter ahli.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H