Mohon tunggu...
Isti Yogiswandani
Isti Yogiswandani Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis buku Kidung Lereng Wilis(novel) dan Cowok Idola (Kumpulan cerpen remaja)

Suka traveling, dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ada Apa di Balik Pembubaran Guru Penggerak?

16 Januari 2023   08:32 Diperbarui: 16 Januari 2023   17:33 1848
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk menjadi seorang Guru penggerak, harus mendaftar secara online sebagai Calon Guru Penggerak. 

Tahapan seleksi dimulai dengan mengirimkan berkas data pribadi, seleksi tertulis dengan membuat essai dilanjutkan dengan tes praktek mengajar kemudian tes terakhir mengikuti sesi wawancara. Semua dilakukan secara daring. 

Setelah dinyatakan lolos, barulah seorang CGP akan melaksanakan pendidikan Guru penggerak selama 6 bulan dan dilakukan  melalui  LMS, Learning Management System secara daring. Karena itu seorang CGP harus menguasai alat elektronik yang berhubungan dengan kegiatan daring. 

Saat dinyatakan sebagai guru penggerak, maka akan mendapatkan :

1. Sertifikat guru penggerak yang harus dipunyai untuk berkesempatan menjadi kepala sekolah. 

Seorang guru penggerak akan menjadi pemimpin pembelajaran, sekalipun masih muda jika dipersyaratkan CGP minimal sudah mengajar selama 5 tahun. 

Paling tidak, di umur 30-an, seorang guru sudah bisa mendaftar dan menjadi CGP. 

Sedangkan syarat maksimal waktu pensiun masih di atas 10 tahun, menunjukkan bahwa umur maksimal yang bisa mendaftar adalah 50 tahun. Kl yang mendekati 50 tahun, mungkin sebentar lagi sudah kadaluwarsa. 

Dengan begitu, Program guru penggerak menimbulkan rasa iri dan tak nyaman pada guru lain yang sudah berusia lebih dari 50 tahun, sehingga tidak memenuhi syarat untuk mengikuti seleksi guru penggerak. Atau rekan sejawat lain yang tidak lolos seleksi. 

Apalagi Pendidikan CGP dilaksanakan dengan sistem daring, tentunya memberatkan guru lain yang sudah berusia di atas 50 tahun dan merupakan generasi X. Sedang guru penggerak paling tidak adalah gen Y yang masih bisa mengejar ketertinggalan dalam dunia digital. 

Saat para guru generasi Y mengambil alih kepemimpinan dalam pembelajaran inilah yang membuat gen X merasa tidak nyaman, sehingga tercetus kata untuk "Tak usah ikut program guru penggerak".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun