Anggraeni menyesap minumannya, mengendusnya, menarik nafas dalam-dalam sambil memejamkan matanya penuh penghayatan.
 Aroma mawar yang harum mewangi menguar seperti menyedot sukmanya.Â
Ada energi magis yang aneh menyelimuti nya. Sirup aroma mawar itu seperti menghipnotisnya. Dulu, saat masih anak-anak, dia sangat tidak suka aroma ini. Pertama kali mengindera sirup beraroma mawar membuatnya muntah-muntah.
 Tapi kini, mengindera baunya saja membuat dirinya giras. Seperti mendapat tambahan energi ekstra.Â
"Dek...! " Suara suaminya membuyarkan halusinasi nya. Hawa dingin pelan-pelan merayapi tengkuknya.Â
Matanya terbelalak memandang suaminya. Dikerjap-kerjapkan matanya, dan diam-diam dicubit lengannya sendiri, terasa sakit!Â
Penglihatannya tak salah. Di sekitar kepala suaminya berhamburan tanda cinta lope-lope. Sementara bayangan janda cantik bahenol teman suaminya semakin terlihat jelas.Â
Anggraeni tidak kaget. Sudah lama dia tahu, suaminya terkesan pada temannya itu, bahkan sering menggoda dan memujanya. Dibela-belain tidur menjelang dini hari agar di waktu-waktu itu bisa berkirim pesan saling chating dan mengingatkan untuk bersama-sama qiyamul la'il meski di rumahnya sendiri-sendiri. Tapi itu sudah memberikan rasa nagih dan kebahagiaan tersendiri bagi Mukidi suaminya. Sementara Anggraeni lebih memilih tidur awal, dan baru bangun saat 1/3 malam tiba.Â
Mukidi melambai-lambaikan tangannya di depan Anggraeni yang masih terpaku.Â
"Hei... Kesurupan ya? " Mukidi mencubit pipi istrinya.Â