Mohon tunggu...
Isti Yogiswandani
Isti Yogiswandani Mohon Tunggu... Ibu rumah tangga - Penulis buku Kidung Lereng Wilis(novel) dan Cowok Idola (Kumpulan cerpen remaja)

Peringkat 3 dari 4.718.154 kompasianer, tahun 2023. Suka traveling, dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Semau Gue

31 Januari 2022   08:50 Diperbarui: 5 Februari 2022   13:43 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Adakalanya sesuatu yang kamu anggap baik itu justru mendatangkan keburukan, kemudharatan, dan menciptakan berhala yang tak sengaja kamu agung-agungkan. 

"Kampungan!!!! "

Suamiku murka sambil memelototkan matanya. Aku terhenyak menghentikan gerakan ku membuka pintu mobil. 

"Tunggu aku kalau mau masuk. Itu nanti otomatis nya rusak, karena pintu terkunci kamu paksa buka! "

"Tit.tit.... Suara remote mobil berbunyi. 

" Sudah kalau mau masuk! " Suamiku kembali membentak ku. 

Aku menjatuhkan pantat di jok mobil yang empuk dengan masih dongkol atas kekasaran suamiku. Sombong sekali dia mentang-mentang sudah punya mobil. Padahal kan kita membelinya patungan.

 Yang membuatku heran, di slip gajinya kenapa masih saja ada angsuran bank dan koperasi, padahal sertifikasi nya hanya dinikmati sendiri karena anak-anakku sudah mandiri, dan hanya gaji pokok yang diberikannya padaku sudah cukup. Bahkan bisa kutabung karena aku tak suka menghabiskan uang sia-sia.

 Entahlah, mungkin untuk membiayai keinginannya yang tak terkontrol. Atau memperturutkan jiwa sok elitnya. 

 Lebih konyolnya, wong pintu mobil sudah terbuka kok suruh nutup lagi terus diremot. Siapa yang lebih kampungan. Kalau tidak lagi mangkel bin gondok aku pasti sudah ketawa ngakak. 

"Harusnya kan kalau terkunci kubuka juga tidak bisa, terus alarmnya berbunyi,"

 Kataku lirih sambil menekan emosiku yang hampir meluap. Aku sungguh jijik dengan perilaku "kementhusnya.

" Itu pasti karena kamu membukanya secara paksa, jadi kunci digitalnya rusak"

Suamiku masih bertahan dengan keangkuhannya dan menjadikanku sebagai kambing hitam atas semua kesalahan dan segala keburukan. 

Mobil ini, kalau baru mungkin relatif mahal, mobil sport sekelas  fortuner atau pajero. Tapi ini mobil bekas keluaran lama. Kalau di Jakarta mungkin sudah tidak lolos uji emisi. 

Harganya sebenarnya relatif tidak murah untuk kantong kami, tapi saat itu kebetulan kami punya tabungan, dan anak-anak sudah mandiri, sehingga kami memutuskan untuk membelinya. Kondisinya memprihatinkan.Aki tekor alias soak, Lampu belakangnya remuk, power window nya macet, oli bocor, wiper copot, cat kusam dan mengelupas, jok kumuh dan robek, dan masih banyak yang harus diperbaiki. Betul-betul tidak layak pakai. 

Puluhan juta harus kami keluarkan untuk menjadikannya seperti sekarang. Terlihat gagah, elegan dan dicat baru. Menyadarkan kalau sesungguhnya harga mobil ini sangat mahal karena butuh biaya sekitar 50 persen harga jual untuk meng up grade Tak heran suamiku menjadi protektif dan obsesif. 

Itulah sebabnya aku memilih diam. "Sing waras ngalah". Sudah sifatnya seperti itu, tidak mungkin bisa diubah, tidak ada manusia yang sempurna. 

" Janc**! " Suamiku kembali mengumpat. Ini nyasar. Kamu bisa nggak sih baca Google map? ".

Ku sodorkan gawai ku. 

" Bacanya gini, atas itu utara. Kamu nggak pernah baca peta? " Suamiku masih ketus sambil memutar-mutar gawai ku. 

"Ini harusnya utara, aku ke arah selatan kok kamu diam saja. Dari tadi cuma ngomong betul.. Betul.. Betul! Jadinya nyasar. 

" Lho, kalau baca Google maps kan berjalan searah panah, cm ke depan, belok kanan, atau kiri, putarbalik, bundaran, bukan utara selatan timur barat."

Jawabku terbodoh. 

"Aku itu sudah berpuluh tahun di pecinta alam Dek. Membaca peta itu makananku. Kamu kok masih ngeyel. Di mana-mana  yang namanya utara itu pasti letaknya di atas. Sudah..! Nggak usah pakai Google maps. Tanya saja nanti kalau ketemu orang. 

" Lha tapi kan ini peta berjalan, arah mata anginnya berubah-ubah, " Gumamku tak jelas. Masih tak rela selalu dianggap bodoh dan katrok. Suamiku memang selalu bangga dengan dirinya dan selalu menindas dan merendahkanku. 

Mungkin berpuluh tahun jadi suamiku dia tidak paham, kalau aku tidak pernah kagum dengan yang namanya pangkat, jabatan dan kekayaan. Atribut itu kalau tanpa akhlak yang baik bagiku zonk. Tapi kalau diimbangi dengan keutamaan akhlak dan keindahan budi menjadi sesuatu yang berharga dan patut dikagumi. 

"Alhamdulillah, sampai.. Itu rumahnya sudah kelihatan. Kalau tidak menuruti Google maps mu, pasti dari tadi sudah sampai! "

Di tengah rasa syukurnya ternyata suamiku masih saja berkata nylekit. Padahal kan dia yang tadi menyuruhku membuka Google maps. 

"Brukkk! " Kututup pintu mobil pelan. 

"Pelan-pelan kalau menutup pintu mobil. Kamu itu kasar sekali. Pantas semua barang-barang ku cepat rusak, "

 Suamiku membentak ku. 

"Braakkk!!! " Kubuka dan ku banting pintu mobil sekuat tenaga. 

"Duarrr!!!! 

Kulayangkan tendangan Dan 7 karate ku yang membuat badan mobil penyok dan menimbulkan suara keras. Membuat teman-teman suamiku berlarian keluar dari rumah teman suamiku yang dijadikan tempat reuni. Ku menyambar tas kesayanganku dan berlari ke arah jalan. Kustop taksi yang kebetulan lewat dan menyuruh pak sopir melarikan taksinya. Samar- samar kudengar teriakan suamiku.

 Deekkkk....! 

" Tapi aku tak peduli. Perlakuannya padaku sungguh tak termaafkan. 

"Dek..! "

Suamiku meng goyang-goyang tanganku. Aku terbangun. Ah... Rupanya Allah sedang menuntunku untuk bersyukur. 

Tiba-tiba aku merasa sangat bahagia mempunyai suami yang santun dan baik hati, taat beribadah takut riba. Bersyukur mempunyai motor butut yang setia menemaniku dengan bahan bakar  pertalite murah, dan bisa ke mana-mana mengikuti jiwa petualanganku. Semau gue. Yuhuuuu.... Alhamdulillah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun