"Braakkk!!! " Kubuka dan ku banting pintu mobil sekuat tenaga.Â
"Duarrr!!!!Â
Kulayangkan tendangan Dan 7 karate ku yang membuat badan mobil penyok dan menimbulkan suara keras. Membuat teman-teman suamiku berlarian keluar dari rumah teman suamiku yang dijadikan tempat reuni. Ku menyambar tas kesayanganku dan berlari ke arah jalan. Kustop taksi yang kebetulan lewat dan menyuruh pak sopir melarikan taksinya. Samar- samar kudengar teriakan suamiku.
 Deekkkk....!Â
" Tapi aku tak peduli. Perlakuannya padaku sungguh tak termaafkan.Â
"Dek..! "
Suamiku meng goyang-goyang tanganku. Aku terbangun. Ah... Rupanya Allah sedang menuntunku untuk bersyukur.Â
Tiba-tiba aku merasa sangat bahagia mempunyai suami yang santun dan baik hati, taat beribadah takut riba. Bersyukur mempunyai motor butut yang setia menemaniku dengan bahan bakar  pertalite murah, dan bisa ke mana-mana mengikuti jiwa petualanganku. Semau gue. Yuhuuuu.... Alhamdulillah.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H