Sedangkan motivasi ekstrinsik individu adalah karena ingin cantik dan kulit terlihat cerah. Hal ini menujukkan bahwa timbulnya suatu perilaku yang didasarkan motivasi tidak selalu unsur intrinsik atau ekstrinsik saja, keduanya berkontribusi dalam memotivasi individu mencapai tujuan.
Motivasi ada konteksnya, seperti motivasi untuk belajar, bekerja, makan, minum, menikah, dan masih banyak lagi. Motivasi mempunyai faktor-faktor yang mendasarinya. Contoh faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi dalam bekerja adalah yang paling utama untuk memenuhi kebutuhan dasar dan bertahan hidup (Rahmawati, 2013).
Contoh lain adalah faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi dalam belajar yaitu cita-cita, kemampuan belajar, komunikasi pengajar, sarana, dan prasarana (Anugrahwati & Hartati, 2017).
Dilansir dari Edupidia, menurut Wiludjeng (2007) motivasi terdiri dari dua kelompok yaitu motivasi positif dan negatif (Eldifa, 2013). Motivasi positif seperti pujian, pengakuan, dan hadiah. Sedangkan motivasi negatif seperti hukuman, ancaman, dan hinaan.
Motivasi negatif akan menunjukkan hasil dalam jangka pendek namun kurang efektif karena tidak bertahan lama. Sedangkan motivasi positif lebih efektif dan hasil yang ditunjukkan dalam jangka panjang.
Motivasi individu untuk mendasari sebuah perilaku dan tindakan perlu diperhatikan. Jika motivasi yang tercipta karena perspektif yang salah, maka akan menimbulkan perilaku negatif dan menyimpang. Seperti halnya, saat seseorang merundung orang lain agar merasa lebih baik.Â
Perilaku merundung/bullying didasari oleh perspektif  "akan merasa lebih baik jika merundung orang lain" sehingga dorongan ini menyebabkan individu termotivasi untuk merundung.
Dalam hal ini perlu dibenahi cara pandang/perspektifnya karena "agar merasa lebih baik" bisa dilakukan kegiatan lain yang lebih positif sehingga terhindar dari perilaku menyimpang. Selain itu motivasi psikopat untuk membunuh adalah kesalahan pada cara pandangnya, yang berfikir hanya dengan melakukan kekerasan akan dapat merasakan kenikmatan luar biasa.
Motivasi yang mendasari tindakan self harm seperti yang ada pada judul, terdapat kesalahan pada perspektif individu sehingga menimbulkan motivasi yang mendasari tindakan negatif.
Umumnya perilaku self harm terjadi karena perasaan menyesal dan menolak diri sehingga perasaan itu diwujudkan dalam perilaku menyakiti diri sendiri agar diri merasa lebih baik, perasaan penyesalan yang berkurang, dan pelampiasan emosi atas penolakan.
Perasaan ini membangun perspektif bahwa "jika menyesal, maka harus bisa menyampaikan perasaan itu dengan cara melukai diri sendiri" dengan harapan jika melukai diri maka perasaan menyesal akan berkurang/hilang. Hal ini memotivasi individu dalam melakukan self harm.