Mohon tunggu...
Istiani Aditia Rukmana
Istiani Aditia Rukmana Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas Mercu Buana Jakarta

Nama : Istiani Aditia Rukmana Nim : 41123010088 Jurusan : Teknik Sipil Dosen : Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak Mata Kuliah : Pendidikan Anti Korupsi Dan Etik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Gaya Kepemimpinan Ki Hadjar Dewantara Pada Upaya Pencegahan Korupsi

12 November 2023   10:48 Diperbarui: 12 November 2023   11:00 539
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: diolah pribadi melalui canva.com

Konsep "Taman Siswa" Dan Pendekatan Pendidikan yang Inovatif

"Taman Siswa" didirikan oleh Ki Hadjar Dewantara pada tahun 1922 sebagai respons terhadap sistem pendidikan kolonial yang dianggap tidak sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat Indonesia. Konsep ini berlandaskan pada prinsip-prinsip seperti kebebasan, kemandirian, dan penghormatan terhadap kearifan lokal. Di "Taman Siswa", siswa diajarkan untuk mengembangkan diri secara holistik, mencakup aspek intelektual, emosional, spiritual, dan sosial (Susilo, 2018).

Pendekatan pendidikan di "Taman Siswa" sangat berbeda dari sistem pendidikan konvensional. Ki Hadjar Dewantara menerapkan metode belajar sambil bermain dan belajar melalui pengalaman, yang menekankan pada pentingnya interaksi dengan alam dan lingkungan sosial. Hal ini mencerminkan pemahaman Ki Hadjar Dewantara tentang pentingnya pendidikan yang menyenangkan dan relevan dengan kehidupan nyata siswa (Suparlan, 2016).

Pengaruh Gaya Kepemimpinannya Terhadap Sistem Pendidikan Di Indonesia

Gaya kepemimpinan Ki Hadjar Dewantara dalam pendidikan telah memberikan dampak yang signifikan terhadap sistem pendidikan di Indonesia. Melalui "Taman Siswa", ia berhasil memperkenalkan ide bahwa pendidikan harus dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat, bukan hanya kalangan elit. Ini merupakan langkah awal dalam demokratisasi pendidikan di Indonesia. Selain itu, Ki Hadjar Dewantara juga menekankan pentingnya pendidikan karakter dan pembentukan identitas nasional. Melalui pendidikannya, ia berusaha menanamkan nilai-nilai seperti kecintaan terhadap tanah air, kepedulian sosial, dan rasa hormat terhadap kebudayaan Indonesia. Pendekatan ini telah membantu membentuk generasi muda Indonesia yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki kekuatan moral dan kepedulian sosial (Erlianto & Santo, 2022).

Pengaruh Ki Hadjar Dewantara juga terlihat dalam pengembangan kurikulum dan metode pengajaran di sekolah-sekolah Indonesia. Prinsip-prinsip yang ia perkenalkan, seperti pembelajaran berbasis pengalaman, pendidikan holistik, dan penghormatan terhadap kearifan lokal, telah menjadi inspirasi bagi banyak pendidik di Indonesia untuk mengembangkan metode pengajaran yang lebih efektif dan relevan dengan kebutuhan siswa (Susilo, 2018).

Dengan demikian, gaya kepemimpinan Ki Hadjar Dewantara dalam pendidikan telah memberikan kontribusi yang tidak terukur bagi perkembangan sistem pendidikan di Indonesia. Melalui "Taman Siswa" dan prinsip-prinsip pendidikannya, ia telah membuka jalan bagi pendidikan yang lebih inklusif, demokratis, dan berorientasi pada pengembangan potensi individu.

Bagaimana Pendekatannya Mengubah Wajah Pendidikan Di Indonesia

Pendekatan Ki Hadjar Dewantara dalam pendidikan, yang berpusat pada siswa dan menghargai kearifan lokal, merupakan perubahan radikal dari sistem pendidikan kolonial yang kaku dan eurosentris. Melalui "Taman Siswa", ia memperkenalkan konsep pendidikan yang lebih fleksibel, menyenangkan, dan relevan dengan kebutuhan serta latar belakang budaya siswa Indonesia (Susilo, 2018).

Salah satu dampak terbesar dari pendekatannya adalah demokratisasi pendidikan. Ki Hadjar Dewantara berkeyakinan bahwa pendidikan adalah hak semua orang, tidak terbatas pada kalangan tertentu saja. Ini berbeda dengan sistem pendidikan kolonial yang cenderung eksklusif dan elit. Dengan demikian, "Taman Siswa" menjadi simbol perjuangan untuk pendidikan yang inklusif dan merata (Suparlan, 2016).

Perbandingan Dengan Sistem Pendidikan Sebelumnya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun