Mohon tunggu...
Istanti Fatkhul Janah
Istanti Fatkhul Janah Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar

Seorang Ibu dari satu anak yang mengabdikan diri sebagai pembelajar, pembaca manuskrip, pengagum kearifan lokal, pengeja prasasti, penulis kisah, penyuka budaya, penikmat senja, menjalani gaya hidup 'meaning full'~

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Eksistensi Bebasan Jawa Kontemporer dalam Lirik Lagu Pop Jawa Karya Denny Caknan

1 Desember 2021   22:22 Diperbarui: 1 Desember 2021   23:46 551
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Untuk penggalan kutipan gedhe dhuwure balungan dapat diartikan secar tekstual besar serta tingginya postur atau dengan kata lain analogi dari fisik seseorang yang cenderung gagah.  

Secara kontekstual kutipan tersebut memberikan amanat secara tersirat yaitu jangan mudah tergoda oleh keadaan fisik seseorang yang rupawan. Jadi harus lebih hati-hati dalam mencari pasarangan dan merelakan jika tidak berjodoh.

Berdasarkan pembahasan contoh bebasan kontemporer dalam cakepan lagu pop Jawa yang diciptakan sekaligus dinyanyikan Denny Caknan dapat diketahui bahwa pada dasarnya peribahasa Jawa khususnya bebasan secara eksistensi dapat dikatakan masih.  

Yang masih menjadi tanda tanya yaitu apakah para penikmat lagu-lagu pop Jawa ini memahaminya jika lagu yang sering didengarkan itu termasuk dalam bebasan Jawa atau hanya sekedar menikmati alunan lagunya. Kemungkinan lain yaitu bisa jadi hanya memahami makna yang terkandung tanpa mengetahui klasifikasi kebahasaanya.

Di era 4.0 peran teknologi sangat mendominasi, eksistensi kearifan lokal seperti bahasa daerah menjadi sebuah tantangan. Didalam cakepan lagu pop Jawa yang diciptakan segaligus dinyanyikan Denny Caknan, mengandung bebasan kontemporer. 

Terlepas pencipta, penyanyi, maupun pendengarnya mengetahui atau tidak tentang bebasan kontemporer tersebut, tetapi eksistensi dari bebasan kontemporer bisa dikatakan relatif masih. Penelitian secara ilmiah diperlukan untuk mendukung opini ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun