“. . . .ngerusak tatanan ati sing wis pengen lali karo gedhe duwure balunganmu. . . .” (Caknan, 2019)
Terjemahan:
“. . . . merusak tatanan hati yang sudah ingin melupakan gagahnya dirimu. . . .” (Caknan, 2019)
Berdasarkan kutipan tersebut dapat dimaknai secara kontekstual yang menceritakan sebuah kondisi dimana seseorang telah berhasil menata hidupnya kembal setelah putus cinta, tetapi tiba-tiba mantan kekasihnya tersebut datang kembali. Entah secara langsung atau tidak tetapi menimbulkan keadaan yang tidak menyenangkan yaitu kembali teringan masa lalunya.
Penggalan kutipan ngrusak tatanan ati menjelaskan bahwa seorang yang ditinggalkan sudah mulai menata hatinya kembali selepas merasa terluka.
Menata hati sendiri tidak diartikan secara tekstual yang berapi disusun secara beraturan, tetapi lebih dikondisikan yaitu berusaha menerima kenyataan jika memang sudah tidak berjodoh lagi.
Selanjutnya penggalan kutipan sing wis pengen lali karo gedhe duwure balunganmu ini memperjelas lagi dari kondisi sebelumnya yaitu hati yang sudah ditata kembali, yang tentunya dengan berusaha melupakan seseorang yang telah menyakitinya.
Seseorang yang telah menyakiti ini dianalogikan dengan gedhe duwure balunganmu yang secara kontekstual bisa dimakai seseorang yang memiliki postur tubuh gagah perkasa. Dari penggambaran tokoh antagonis ini bisa ditafsirkan yang menyakiti adalah laki-laki.
Pada kutipan cakepan lagu pop Jawa Sugeng Dalu yang dinyanyikan oleh Denny Caknan seperti yang telah dibahas dalam paragraf sebelumya, ngerusak tatanan ati sing wis pengen lali karo gedhe dhuwure balunganmu termasuk dalam peribahasa Jawa yaitu bebasan. Dalam kutipan ini ditemukan perumpamaan yaitu ngrusak tatanan ati dan gedhe dhuwure balungan.
Penggalan kutipan ngrusak tatanan ati ini merupakan perumpaan dalam sebuah kondisi hati seseorang yang mulai membaik setelah disakiti pasangannya.
Analoginya sudah berhasil ditata tetapi dirusak kembali sehingga bisa jadi kembali porak-poranda atau dengan kata lain gagal move on.