Teater Terbuka dan Teater Tertutup yang di masa Gubernur Ali Sadikin merupakan tempat yang unik untuk pertunjukan -antara lain - Wayang, akan dibangun kembali dengan skala internasional. Dengan demikian, berbagai kelompok Seni Tradisi dari seluruh Indonesia, bisa leluasa tampil di TIM.
Jose Rizal Manua menyebut, karena di Jakarta banyak orang asing, baik para pebisnis maupun wisatawan, maka pertunjukan Seni Tradisi yang terjadwal di TIM setelah revitalisasi, merupakan momentum untuk memperkenalkan serta mempertemukan Seni Tradisi dengan publik internasional.
Kita tahu, Indonesia sangat kaya dengan pertunjukan Seni Tradisi. Itu merupakan bagian dari sisi eksotik Indonesia. Selama ini, sangat banyak Seni Tradisi yang belum dapat kesempatan untuk tampil ke publik yang lebih luas, juga ke publik internasional. Nah, setelah revitalisasi, TIM akan menyediakan kesempatan yang luas untuk Seni Tradisi.
TIM untuk Indonesia dan Dunia
Sejak didirikan Gubernur Ali Sadikin pada 10 November 1968, Taman Ismail Marzuki (TIM) memang didekasikan untuk seniman Indonesia. Artinya, TIM adalah pusat kesenian nasional, wadah untuk insan seni dari seluruh tanah air, meski pengelolaannya berada di tangan Gubernur DKI Jakarta.
Di era Gubernur Anies Baswedan, TIM direvitalisasi secara total, agar TIM setara dengan berbagai pusat kesenian dunia yang tersebar di mancanegara. Makanya, sejak awal revitalisasi tahun 2019, spirit internasional sengaja dikedepankan. TIM setelah revitalisasi akan menjadi arena pertemuan karya-karya seni anak bangsa dengan publik luas, dengan standar internasional.
"Saya sudah mengunjungi berbagai pusat kesenian di berbagai negara di dunia. Saya dan Teater Tanah Air sudah menggelar pertunjukan di berbagai tempat tersebut. Menurut saya, setelah revitalisasi, TIM akan menjadi pusat kesenian yang lebih baik, dibandingkan pusat kesenian di berbagai negara di dunia," ungkap Jose Rizal Manua dengan meyakinkan.
Hal tersebut tentu saja menjadi tantangan bagi seluruh pelaku seni di tanah air. Ruang kreatif yang kondusif setelah revitalisasi TIM, dengan sendirinya membutuhkan jawaban berupa karya-karya kreatif dari para pelaku seni. Dengan disuguhi karya-karya kreatif, para peminat seni pun akan tergerak untuk datang dan datang lagi ke TIM.
Artinya, yang direvitalisasi di TIM, bukan hanya bangunan fisik yang tampak di permukaan. Bukan hanya fasilitas. Tapi, ya menyeluruh ... termasuk manajemen program seni, yang menjadi content utama pusat kesenian. Jose Rizal Manua menyebut, pelaku seni akan mendapatkan apresiasi yang sepadan, ketika diundang untuk tampil di TIM.