Intinya, Jose Rizal Manua memanfaatkan ruang-ruang terbuka di kawasan TIM untuk latihan teater. Untuk pertunjukan teater, Jose kerap menggunakan GBB dan atau Teater Kecil. Meski latihan di pelataran parkir, di selasar gedung, di halaman dan di tepi kali, prestasi Teater Tanah Air praktis belum ada tandingannya.
Mereka berhasil tampil di berbagai festival teater anak-anak sedunia, hingga mereka sukses meraih penghargaan internasional, antara lain:Â The Best Performance pada The Asia-Pacific Festival of Children's Theatre di Toyama-Jepang, tahun 2004, The Best Performance pada 9Th World Festival of Children's Theatre di Lingen (Ems)-Jerman, tahun 2006, The Best Performance pada 10Th World Festival of Children's Theatre di Moscow-Rusia, tahun 2008, serta The Best Performance pada International Children's Festival of Performing Arts di New Delhi-India, tahun 2013.
Revitalisasi Konsep Ali Sadikin
Dengan reputasi Jose Rizal Manua dan sudah berkarya di TIM sejak tahun 1972 hingga kini, tentulah ia menjadi saksi sejarah penting bagi TIM. Boleh dibilang, Jose paham tentang tiap jengkal kawasan TIM. Ia juga paham, siapa sesungguhnya yang mengedepankan seniman dan siapa yang tidak.
"Sejak rencana revitalisasi TIM digulirkan Gubernur Anies Baswedan, timbul pro-kontra di kalangan seniman. Menurut saya, itu semata-mata karena informasi yang diterima seniman, belum lengkap. Akibatnya, timbul kesalahpahaman," tutur Jose Rizal Manua mengenang keterbelahan sikap para seniman kala itu.
Padahal, menurut Jose, revitalisasi TIM justru untuk mengembalikan konsep TIM yang digagas Gubernur Ali Sadikin, tapi dengan skala internasional. Dengan dukungan teknologi informasi yang mutakhir. Gedung bioskop, misalnya. Sebelum direvitalisasi, bioskop di TIM memutar film-film komersial, sebagaimana halnya bioskop di luar TIM.
"Setelah direvitalisasi nanti, bioskop tetap ada di TIM. Tapi, yang diputar di sana adalah film-film seni. Khusus film seni yang berkualitas, yang menjadi bagian dari proses kreatif para sineas. Bisa film seni karya sineas mancanegara, bisa pula film seni karya sineas nasional," ujar Jose Rizal Manua.
Infrastruktur bioskop tersebut dibangun dengan dukungan teknologi mutakhir, mengacu ke standar internasional. Dengan demikian, setelah revitalisasi, TIM menjadi relevan sebagai penyelenggara festival film seni level internasional. Secara periodik, festival film seni tingkat nasional dan internasional bisa digelar di TIM.
Demikian pula halnya dengan PDS HB Jassin, yang sebelum direvitalisasi hanya satu lantai, nanti setelah direvitalisasi akan menjadi 4 lantai. Koleksi karya sastra yang kini penuh sesak di sana, akan jadi lebih tertata di empat lantai tersebut. Ruang diskusi sastra pun akan berada di area tersendiri, tidak lagi mengganggu ruang baca seperti saat ini.