Mohon tunggu...
Isson Khairul
Isson Khairul Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Saya memulai hidup ini dengan menulis puisi dan cerita pendek, kemudian jadi wartawan, jadi pengelola media massa, jadi creative writer untuk biro iklan, jadi konsultan media massa, dan jadi pengelola data center untuk riset berbasis media massa. Saya akan terus bekerja dan berkarya dengan sesungguh hati, sampai helaan nafas terakhir. Karena menurut saya, dengan bekerja, harga diri saya terjaga, saya bisa berbagi dengan orang lain, dan semua itu membuat hidup ini jadi terasa lebih berarti.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Revitalisasi TIM, untuk Apa? Demi Siapa?

11 Januari 2022   10:06 Diperbarui: 11 Januari 2022   10:12 1102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jose Rizal Manua. Ia sudah memasuki Taman Ismail Marzuki (TIM) sejak tahun 1972 dan hingga kini masih berkutat di TIM. Foto: Dok. Jose

Mari kita mulai dari Jose Rizal Manua. Ia penyair, deklamator ulung, pekerja teater, sutradara teater, aktor berwatak, dosen teater di Institut Kesenian Jakarta (IKJ), dan seniman kehidupan. Ia sudah memasuki Taman Ismail Marzuki (TIM) sejak tahun 1972 dan hingga kini masih berkutat di TIM. Mari kita susuri revitalisasi ini bersama Jose Rizal Manua.

Bertahan, Datang dan Pergi

Ada kata-kata Jose Rizal Manua, yang selalu saya ingat. "Banyak seniman yang datang ke TIM. Banyak pula yang kemudian pergi meninggalkan TIM. Tapi, saya memilih bertahan di TIM, berkarya dan terus berkarya," ujar Jose Rizal Manua dengan vokal yang mantap.

Kata-kata itu bukan diucapkan Jose kemarin sore, tapi pada suatu hari di tahun 1980, ketika kami ngobrol di Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) HB Jassin, yang berada dalam lingkungan TIM.

Spirit untuk terus berkarya dan berkarya di TIM, masih sangat kental di diri Jose, ketika pada Sabtu, 25 Desember 2021 lalu, kami ngobrol di Galeri Buku Bengkel Deklamasi yang berada di lingkungan TIM. Kami asyik berbagi cerita di antara puluhan ribu buku yang tertata rapi di puluhan rak, yang lebar dan tinggi menjulang.

Jose Rizal Manua: Tak ada alasan bagi saya untuk meninggalkan TIM. Foto: Dok. Jose
Jose Rizal Manua: Tak ada alasan bagi saya untuk meninggalkan TIM. Foto: Dok. Jose

Artinya, 20 tahun lebih, sejak obrolan tahun 1980 itu, komitmen Jose untuk berkarya dan terus berkarya di TIM, belum tergoyahkan. Malah sebaliknya, semakin teguh dan kian kokoh. "Tak ada alasan bagi saya untuk meninggalkan TIM, karena karya-karya monumental seniman tangguh Indonesia, saya serap di TIM," ungkap Jose Rizal Manua lebih lanjut.

Dengan kata lain, TIM bagi Jose adalah persemaian ruang kreatif yang subur, hijau, dan lapang. Ibarat air, TIM adalah mata air yang senantiasa mengalirkan air jernih, nyaris tanpa henti. Jose mengeksplorasinya. Jose menyerapnya. Dan, dengan sepenuh jiwa-raga, ia melahirkan karya demi karya.

Di bidang teater, misalnya. Jose Rizal Manua adalah pendiri sekaligus pemimpin Teater Tanah Air. Kelompok teater anak-anak ini ia rintis sekaligus ia dirikan di TIM. Tiap minggu Jose melatih puluhan anak-anak bermain teater. Mereka berlatih di selasar Gedung Graha Bhakti Budaya (GBB) yang ada di lingkungan TIM.

Kadang Jose memanfaatkan area parkir kendaraan untuk melatih anak-anak tersebut. Adakalanya Jose juga memanfaatkan pekarangan Gedung Teater Kecil yang bersebelahan dengan GBB, sebagai arena latihan. Sesekali Jose mengajak anak-anak tersebut latihan teater di tepi kali, di belakang kawasan TIM.

Jose Rizal Manua bersama Ali Sadikin dan anak-anak Teater Tanah Air. Foto: Dok. Jose
Jose Rizal Manua bersama Ali Sadikin dan anak-anak Teater Tanah Air. Foto: Dok. Jose

Intinya, Jose Rizal Manua memanfaatkan ruang-ruang terbuka di kawasan TIM untuk latihan teater. Untuk pertunjukan teater, Jose kerap menggunakan GBB dan atau Teater Kecil. Meski latihan di pelataran parkir, di selasar gedung, di halaman dan di tepi kali, prestasi Teater Tanah Air praktis belum ada tandingannya.

Mereka berhasil tampil di berbagai festival teater anak-anak sedunia, hingga mereka sukses meraih penghargaan internasional, antara lain: The Best Performance pada The Asia-Pacific Festival of Children's Theatre di Toyama-Jepang, tahun 2004, The Best Performance pada 9Th World Festival of Children's Theatre di Lingen (Ems)-Jerman, tahun 2006, The Best Performance pada 10Th World Festival of Children's Theatre di Moscow-Rusia, tahun 2008, serta The Best Performance pada International Children's Festival of Performing Arts di New Delhi-India, tahun 2013.

Revitalisasi Konsep Ali Sadikin

Dengan reputasi Jose Rizal Manua dan sudah berkarya di TIM sejak tahun 1972 hingga kini, tentulah ia menjadi saksi sejarah penting bagi TIM. Boleh dibilang, Jose paham tentang tiap jengkal kawasan TIM. Ia juga paham, siapa sesungguhnya yang mengedepankan seniman dan siapa yang tidak.

"Sejak rencana revitalisasi TIM digulirkan Gubernur Anies Baswedan, timbul pro-kontra di kalangan seniman. Menurut saya, itu semata-mata karena informasi yang diterima seniman, belum lengkap. Akibatnya, timbul kesalahpahaman," tutur Jose Rizal Manua mengenang keterbelahan sikap para seniman kala itu.

Jose Rizal Manua bersama Gubernur Anies Baswedan. Dukungan untuk para pelaku seni, itulah sesungguhnya substansi revitalisasi TIM. Foto: Dok. Jose
Jose Rizal Manua bersama Gubernur Anies Baswedan. Dukungan untuk para pelaku seni, itulah sesungguhnya substansi revitalisasi TIM. Foto: Dok. Jose

Padahal, menurut Jose, revitalisasi TIM justru untuk mengembalikan konsep TIM yang digagas Gubernur Ali Sadikin, tapi dengan skala internasional. Dengan dukungan teknologi informasi yang mutakhir. Gedung bioskop, misalnya. Sebelum direvitalisasi, bioskop di TIM memutar film-film komersial, sebagaimana halnya bioskop di luar TIM.

"Setelah direvitalisasi nanti, bioskop tetap ada di TIM. Tapi, yang diputar di sana adalah film-film seni. Khusus film seni yang berkualitas, yang menjadi bagian dari proses kreatif para sineas. Bisa film seni karya sineas mancanegara, bisa pula film seni karya sineas nasional," ujar Jose Rizal Manua.

Infrastruktur bioskop tersebut dibangun dengan dukungan teknologi mutakhir, mengacu ke standar internasional. Dengan demikian, setelah revitalisasi, TIM menjadi relevan sebagai penyelenggara festival film seni level internasional. Secara periodik, festival film seni tingkat nasional dan internasional bisa digelar di TIM.

Demikian pula halnya dengan PDS HB Jassin, yang sebelum direvitalisasi hanya satu lantai, nanti setelah direvitalisasi akan menjadi 4 lantai. Koleksi karya sastra yang kini penuh sesak di sana, akan jadi lebih tertata di empat lantai tersebut. Ruang diskusi sastra pun akan berada di area tersendiri, tidak lagi mengganggu ruang baca seperti saat ini.

Teater Terbuka dan Teater Tertutup yang di masa Gubernur Ali Sadikin merupakan tempat yang unik untuk pertunjukan -antara lain - Wayang, akan dibangun kembali dengan skala internasional. Dengan demikian, berbagai kelompok Seni Tradisi dari seluruh Indonesia, bisa leluasa tampil di TIM.

Jose Rizal Manua: Mari terus berkarya dan mari kita songsong revitalisasi TIM. Foto: Dok. Jose
Jose Rizal Manua: Mari terus berkarya dan mari kita songsong revitalisasi TIM. Foto: Dok. Jose

Jose Rizal Manua menyebut, karena di Jakarta banyak orang asing, baik para pebisnis maupun wisatawan, maka pertunjukan Seni Tradisi yang terjadwal di TIM setelah revitalisasi, merupakan momentum untuk memperkenalkan serta mempertemukan Seni Tradisi dengan publik internasional.

Kita tahu, Indonesia sangat kaya dengan pertunjukan Seni Tradisi. Itu merupakan bagian dari sisi eksotik Indonesia. Selama ini, sangat banyak Seni Tradisi yang belum dapat kesempatan untuk tampil ke publik yang lebih luas, juga ke publik internasional. Nah, setelah revitalisasi, TIM akan menyediakan kesempatan yang luas untuk Seni Tradisi.

TIM untuk Indonesia dan Dunia

Sejak didirikan Gubernur Ali Sadikin pada 10 November 1968, Taman Ismail Marzuki (TIM) memang didekasikan untuk seniman Indonesia. Artinya, TIM adalah pusat kesenian nasional, wadah untuk insan seni dari seluruh tanah air, meski pengelolaannya berada di tangan Gubernur DKI Jakarta.

Di era Gubernur Anies Baswedan, TIM direvitalisasi secara total, agar TIM setara dengan berbagai pusat kesenian dunia yang tersebar di mancanegara. Makanya, sejak awal revitalisasi tahun 2019, spirit internasional sengaja dikedepankan. TIM setelah revitalisasi akan menjadi arena pertemuan karya-karya seni anak bangsa dengan publik luas, dengan standar internasional.

Isson Khairul dan Jose Rizal Manua. Sejak tahun 1972 dan hingga kini, Jose terus berkarya di TIM. Foto: Isson Khairul
Isson Khairul dan Jose Rizal Manua. Sejak tahun 1972 dan hingga kini, Jose terus berkarya di TIM. Foto: Isson Khairul

"Saya sudah mengunjungi berbagai pusat kesenian di berbagai negara di dunia. Saya dan Teater Tanah Air sudah menggelar pertunjukan di berbagai tempat tersebut. Menurut saya, setelah revitalisasi, TIM akan menjadi pusat kesenian yang lebih baik, dibandingkan pusat kesenian di berbagai negara di dunia," ungkap Jose Rizal Manua dengan meyakinkan.

Hal tersebut tentu saja menjadi tantangan bagi seluruh pelaku seni di tanah air. Ruang kreatif yang kondusif setelah revitalisasi TIM, dengan sendirinya membutuhkan jawaban berupa karya-karya kreatif dari para pelaku seni. Dengan disuguhi karya-karya kreatif, para peminat seni pun akan tergerak untuk datang dan datang lagi ke TIM.

Artinya, yang direvitalisasi di TIM, bukan hanya bangunan fisik yang tampak di permukaan. Bukan hanya fasilitas. Tapi, ya menyeluruh ... termasuk manajemen program seni, yang menjadi content utama pusat kesenian. Jose Rizal Manua menyebut, pelaku seni akan mendapatkan apresiasi yang sepadan, ketika diundang untuk tampil di TIM.

Bahkan, manajemen TIM juga akan menyediakan Wisma Seni setara hotel berbintang, untuk akomodasi para pelaku seni tersebut. Intinya, beragam dukungan untuk para pelaku seni, itulah sesungguhnya substansi dari revitalisasi TIM tersebut.

"Proses seleksi untuk karya pelaku seni yang bakal diundang untuk tampil di TIM, akan lebih ringkas, karena dukungan teknologi kini berupa webinar, video, dan sebagainya. Kalau dulu kan manajemen TIM harus visit ke tempat pelaku seni, sebelum yang bersangkutan diundang untuk tampil di TIM," papar Jose Rizal Manua lebih lanjut.

Selaku seniman yang sejak tahun 1972 berkutat berkarya di TIM, Jose Rizal Manua berpesan kepada para pelaku seni di seluruh Indonesia, "Mari terus berkarya dan mari kita songsong revitalisasi TIM, sebagai kontribusi seni untuk kemajuan bangsa."

Jakarta, 11 Januari 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun