Buku tentang Sumpah Pemuda ini, ditulis oleh 24 Kompasianer. Buku ini mendapat kehormatan untuk dibahas oleh Tjiptadinata Effendi, Kompasianer of the Year 2014.
--------------------------
[1] Unggul Sagena adalah mahasiswa pascasarjana di sebuah sekolah kebijakan dan sekolah perencanaan di Bogor, Jawa Barat. Pernah menjadi delegasi PPI di sebuah negara kecil di Eropa dan delegasi alumni PPI untuk mengikuti Kongres dalam rangkaian International Symposium of OISAA (Simposium Internasional PPI Dunia) di Thailand (2013), Jepang (2014), dan Singapura (2015). PPI adalah Perhimpunan Pelajar Indonesia, organisasi pelajar (biasanya pelajar universitas alias mahasiswa) Indonesia, yang sedang belajar di luar negeri.
[2] Ismail Suardi Wekke saat ini bermukim di Sorong, Papua Barat. Berpartisipasi dalam kegiatan nasional maupun internasional, sejak diamanahkan sebagai Ketua Pelaksana Unit Hubungan Internasional IAIN Alauddin, Makassar, Sulawesi Selatan, tahun 2002. Setelah menyelesaikan program doktoral di Universiti Kebangsaan Malaysia, diangkat menjadi Pelaksana Tugas Kepala Pusat Bahasa, sekaligus Kepala Pusat Penjaminan Mutu, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Sorong, tahun 2010. Sejak tahun 2012, menjadi Kepala Pusat Penjaminan Mutu STAIN Sorong. Bersama-sama dengan Kompasianer menerbitkan buku 36 Kompasianer Merajut Indonesia (2013), dan Pancasila Rumah Kita Bersama (2014).
[3] Tjiptadinata Effendi aktif menulis di Kompasiana, sejak 15 Oktober 2012. Saking aktif dan produktifnya menulis, ia dinobatkan sebagai Kompasianer of The Year tahun 2014. Sebagian tulisannya sudah diterbitkan sebagai buku. Semasa kanak-kanak, namanya Kim Liong. Namun, dalam surat-surat resmi, termasuk Ijazah, Passport, dan Surat Izin Mengemudi (SIM), namanya Tjiptadinata Effendi. Ia berasal dari Padang, Sumatera Barat. Semasa remaja, ia sekolah di SMA Don Bosco, Padang, yang berdekatan dengan Museum Adityawarman dan tak berapa jauh dari Pusat Kesenian Padang (Taman Budaya Padang). Istrinya, Roselina Tjiptadinata, juga aktif menulis di Kompasiana. Sang istri adalah adik kelasnya di SMA Don Bosco. Kini, Tjiptadinata Effendi bermukim di Wollongong, kota terbesar ketiga di negara bagian New South Wales, Australia, setelah Sydney dan Newcastle. Wollongong berada sekitar 80 kilometer sebelah selatan Sydney.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H