Mohon tunggu...
Isson Khairul
Isson Khairul Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Kanal #Reportase #Feature #Opini saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul dan https://www.kompasiana.com/issonkhairul4358 Kanal #Fiksi #Puisi #Cerpen saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul-fiction Profil Profesional saya: https://id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1 Social Media saya: https://www.facebook.com/issonkhairul, https://twitter.com/issonisson, Instagram isson_khairul Silakan kontak saya di: dailyquest.data@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Saudagar Menggencet Bulog: Petani Tertekan dan Konsumen Kelimpungan

26 Juni 2015   21:03 Diperbarui: 26 Juni 2015   21:22 1201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jakarta, 26 Juni 2015

---------------------------------------------------------------------------------------

[1] Amran Sulaiman menyampaikan hal tersebut pada Rabu (24/6/2015), seusai memanen cabai rawit di Desa Ngantru, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang, Jawa Timur.

[2] Amran Sulaiman menyebutkan fenomena kenaikan harga beras pada Februari 2015 tersebut, lantaran adanya mafia beras yang bermain. Ada permainan tengkulak. Hal itu dikemukakan Amran Sulaiman saat mengunjungi panen raya di Desa Dempet, Kecamatan Dempet, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, pada Selasa (24/2/2015).

[3] Sofyan Djalil mengatakan hal itu seusai rapat terbatas di Istana Kepresidenan, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, pada Senin (6/4/2015) malam.

[4] Rachmat Gobel mengatakan hal itu dalam diskusi Pangan Kita di Cikini, Jakarta Pusat, pada Senin (8/6/2015) yang disiarkan secara langsung oleh Radio Republik Indonesia (RRI). Dalam diskusi tersebut, Rahmat Gobel tampil bersama tiga narasumber lainnya.

[5] Tentang betapa sengitnya perburuan gabah dan beras, silakan baca Bisnis Beras Tak Terkendali, Perum Bulog di Sejumlah Daerah Kesulitan Melakukan Pengadaan, yang dilansir print.kompas.com pada Senin, 4 Mei 2015.

[6] Amran Sulaiman menegaskan, Perum Bulog mulai sekarang membeli cabai dari petani. Perum Bulog menjadi stabilisator. Kita potong rantai pasokan. Pemotongan rantai penjualan produk pertanian itu akan menguntungkan petani dan konsumen. Hal itu dikatakan Amran pada Rabu (24/6/2015), seusai memanen cabai rawit di Desa Ngantru, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang, Jawa Timur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun