Jakarta, 26 Juni 2015
---------------------------------------------------------------------------------------
[1] Amran Sulaiman menyampaikan hal tersebut pada Rabu (24/6/2015), seusai memanen cabai rawit di Desa Ngantru, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
[2] Amran Sulaiman menyebutkan fenomena kenaikan harga beras pada Februari 2015 tersebut, lantaran adanya mafia beras yang bermain. Ada permainan tengkulak. Hal itu dikemukakan Amran Sulaiman saat mengunjungi panen raya di Desa Dempet, Kecamatan Dempet, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, pada Selasa (24/2/2015).
[3] Sofyan Djalil mengatakan hal itu seusai rapat terbatas di Istana Kepresidenan, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, pada Senin (6/4/2015) malam.
[4] Rachmat Gobel mengatakan hal itu dalam diskusi Pangan Kita di Cikini, Jakarta Pusat, pada Senin (8/6/2015) yang disiarkan secara langsung oleh Radio Republik Indonesia (RRI). Dalam diskusi tersebut, Rahmat Gobel tampil bersama tiga narasumber lainnya.
[5] Tentang betapa sengitnya perburuan gabah dan beras, silakan baca Bisnis Beras Tak Terkendali, Perum Bulog di Sejumlah Daerah Kesulitan Melakukan Pengadaan, yang dilansir print.kompas.com pada Senin, 4 Mei 2015.
[6] Amran Sulaiman menegaskan, Perum Bulog mulai sekarang membeli cabai dari petani. Perum Bulog menjadi stabilisator. Kita potong rantai pasokan. Pemotongan rantai penjualan produk pertanian itu akan menguntungkan petani dan konsumen. Hal itu dikatakan Amran pada Rabu (24/6/2015), seusai memanen cabai rawit di Desa Ngantru, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H