Sejarah Singkat
Berbicara mengenai Banda Neira memori kita seakan dikembalikan ke beberapa abad yang lalu, Banda Naira telah memainkan peranan penting dalam sejarah nasional maupun sejarah dunia. Â
Harumnya Pala dan Fuli (Myristica Fragrans) telah menarik berbagai bangsa di dunia seperti Cina, Arab, India, Portugis, Belanda, Inggris dan lainnya untuk datang berdagang dan menjajah. Â
Pada tahun 1512 Pelaut Portugis, Fransisco Serrao dan Antonio de Abbreau menginjakkan kakinya di Banda atas perintah Alfonso de'Albuquerque, disitulah awal mulanya kontak dengan orang Eropa dan disiitulah awal mulanya Sejarah kelam Banda Naira yaitu, peperangan, pembantaian, dan penjajahan dimulai.
Babak selanjutnya De Heeren XVII (17 Pengusaha/ Pemodal) dari Belanda dengan Maskapai Dagangnya yaitu VOCÂ (Verenigde Oostindische Compagnie) mulai membuka perdagangan dengan penduduk Banda, VOC dengan keserakahannya tidak puas dan ingin menerapkan sistim monopoli dengan melarang orang Banda untuk berdagang dengan para pedagang Inggris, Arab, Cina, Gujarat dan Melayu. Â
Hal ini menimbulkan amarah rakyat Banda terjadilah peperangan antara VOC dengan Orang Kaya (para Pemimpin/Bangsawan) Banda, hal ini terjadi pada tahun 1609 -- 1621 atau yang dikenal dengan nama Perang Banda.
Perang Banda ini berakhir dengan kekalahan rakyat Banda dengan dibunuhnya 40 Orang Kaya (Pimpinan) Rakyat Banda pada tanggal 8 Mei 1621 oleh Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen, peristiwa itu dikenal dengan nama Banda Moord, sebagian rakyat Banda ditawan dan dibawa ke Batavia dan Srilanka serta terjadi eksodus besar-besaran ke luar Banda seperti ke Kepulauan Kei, Pulau Seram, dan pulau-pulau lainnya. Kekalahan rakyat Banda karena VOC lebih unggul dari sisi persenjataan, jumlah serdadu yang lebih banyak, dan strategi perang yang baik, dengan demikian resmilah Banda di bawah kekuasaan VOC.
Di Abad ke 17, Â Banda Naira dibawah kekuasaan VOC Â bermetamorfosis menjadi sebuah Kota Metropolitan dengan tata kota dan infrastruktur yang menyerupai Kota-kota di Eropa. Â
Di era itu status Banda adalah 1 diantara 3 provinsi yang ada di gugusan Kepulauan Maluku yaitu Provintie van Ambon yang berpusat di Pulau Ambon dan meliputi pulau Ambon, kepulauan Lease, Pulau Buru dan Pulau Seram, Provintie van Molluken yang berpusat di Ternate meliputi seluruh pulau yang berada di Maluku Utara dan Provintie van Banda yang berpusat di Banda Neira dan meliputi Kepulauan Banda, Kepulauan Aru dan pulau-pulau yang berada di Maluku Tenggara. Â
Harga Pala yang saat itu melebihi harga emas sangat berkontribusi untuk pembangunan kota-kota modern di Belanda seperti Amsterdam, Hoorn, Â Den Haag, dan lain-lain selain itu membuat pundi-pundi kekayaan untuk VOC dan para Perkeniers (Tuan Kebun/Pengusaha yang diberikan hak kelola) semakin melambung tinggi. Â
Dalam catatan Gubernur Jenderal Reiner de Klerk (1777-1780), pendapatan VOC dari penjualan rempah-rempah, terutama pala mencapai 1,8 juta gulden pada 1756. Lalu, seabad berikutnya Dr Pieter Bleeker, seorang opsir kesehatan tentara, mencatat penerimaan dari rempah-rempah mencapai 959,610 gulden.
Pada tanggal 31 Desember 1799 VOC secara resmi dibubarkan dan kendali pemerintahan diambil alih oleh Pemerintah Kerajaan Belanda, status Banda Naira berubah menjadi Residen atau setingkat Kabupaten dan terus turun statusnya menjadi kecamatan ketika Indonesia merdeka.Â
Di awal abad 19  Banda Naira menjadi tempat pembuangan para pendiri  Bangsa oleh Belanda yang dianggap sebagai tahanan politik seperti Drs. Mohammad Hatta, Sutan Syahrir, dr. Cipto Mangunkusumo, Mr. Iwa Kusumasumantri, para Tokoh Sarekat Islam dan para pejuang bangsa dari berbagai daerah di Indonesia.
Secara administratif Kepulauan Banda Naira adalah salah satu kecamatan yang ada di bawah Pemerintahan Kabupaten Maluku Tengah -- Provinsi Maluku dengan ibu kota kecamatannya yaitu Neira, jumlah pulau dalam gugusan Kepulauan Banda yaitu sebanyak 10 pulau, 7 pulau yang berpenghuni (Neira, Banda Besar/ Lonthor, Ay, Run, Hatta/ Rosengain, Syahrir/ Pisang dan Gunung Api) serta 3 pulau yang tidak berpenghuni (Karaka, Nailaka, Manukang), dengan jumlah desa yaitu sebanyak 17 desa.Â
Luas Wilayah Kepulauan Banda  secara keseluruhan yaitu 2.568 Km2 dengan luas daratan 180,59 Km2 dan luas lautan 2.387, 41 Km2.  Namun luas Laut Banda secara keseluruhan dalam lingkup Pemerintahan Provinsi Maluku yaitu 470.000 Km2.  Jumlah penduduk di Kepulauan Banda yaitu 21.000 jiwa dengan mata pencaharian utama sebagai nelayan dan petani pala.
 Potensi Pariwisata
Di samping Sektor Kelautan dan Perikanan, Sektor Pariwisata juga memainkan peranan penting untuk peningkatan ekonomi masyarakat di Kepulauan Banda, setiap tahunnya tercatat ribuan wisatawan baik domestik maupun manca negara yang berkunjung ke Banda dengan berbagai tujuan baik itu untuk penelitian, napak tilas sejarah maupun untuk berlibur. Â
Kepulauan Banda menjanjikan banyak pilihan wisata serta tidak membosankan bagi pengunjungnya, ada beberapa pilihan seperti Wisata Bahari, Wisata Sejarah, Wisata Budaya, Wisata Agro, Wisata Kuliner, Wisata Religi dan lain-lain.
Wisata Bahari
Posisi laut Banda sangat strategis sebagai salah 1 Poros Maritim Indonesia, luas kawasan laut Banda yaitu sekitar 470.000 km2 dan berbatasan langsung dengan 3 provinsi yaitu Sulawesi Tenggara, Papua Barat, dan Maluku Utara. Â Dengan kedalaman palung laut lebih dari 7.000 meter memposisikan Laut Banda sebagai laut yang terdalam di Indonesia.
Kepulauan Banda memang terkenal dengan keindahan hayati alam bawah lautnya serta terumbu karang yang mempesona. Akibat letusan Gunung Api tahu 1988 telah merusak sebagian sisi terumbu karang Pulau Banda Besar. Namun menurut penelitian dari UNESCO, akibat fenomena ini justru pertumbuhan terumbu karang di tempat ini paling cepat didunia.Â
Jika di tempat lain, terumbu karang bisa membutuhkan waktu puluhan tahun untuk tumbuh dewasa, di Pulau Gunung Api hanya membutuhkan waktu tidak sampai sepuluh tahun.
Menyelam di kepulauan Banda memang menakjubkan, clear visibility bisa sampai mencapai 40 meter  membuat pemandangan alam bawah laut bisa terlihat dengan jelas. Hampir seluruh area penyelaman di Pulau Banda Besar, Pulau Ai, Pulau Run, Pulau Hatta dan Pulau Sjahrir sampai di dermaga Banda Neira memiliki pesona dan keanekaragaman alam bawah laut yang tak mungkin dilihat di tempat lain di dunia. Pemandangan mata benar benar dimanjakan dengan warna warni terumbu karang dan soft coral yang sehat serta ratusan jenis ikan dan biota laut lainnya.
Berikut beberapa Titik/Spot untuk diving dan snorkeling yang sangat indah dan menakjubkan di Banda Naira :
- Pulau Syahrir (Tanjung Barat, Tanjung Timur dan Batu Kapal)
- Pulau Banda Besar (Salamon Village, Tanjung Burang, Batu Belanda, Tanjung Nama, Karnopol, Indang Laut, Tanjung Cengkeh)
- Pulau Neira (Mandarin City, Malole)
- Pulau Karaka (Light House Reef)
- Pulau Gunung Api (Lava Flow I/ Old Lava dan Lava Flow II/ New Lava)
- Pulau Manukang (Tanjung Utara dan Tanjung Selatan)
- Pulau Ay (Tanjung Batu Udang dan Tanjung Batu Payung)
- Pulau Run (Tanjung Lokong, Tanjung Noret, Muka Kampung)
- Pulau Nailaka
- Pulau Hatta (Tanjung Salamasa, Tanjung Buton, Takat Hatta dan Tanjung Kanari)
Selain diving dan snorkeling di Banda juga wisatawan yang hobi memancing bisa mendapatkan jasa Wisata Mancing dengan sistim Catch and Release (tangkap dan lepas) hal ini dilakukan untuk menjaga keseimbangan ekosistem hayati laut.
Wisata Sejarah
Banda Neira yang oleh orang Eropa dijuluki dengan "een Europeeshe Staad in Zuid-Oost Azie" atau maket kota kecil Eropa di Asia Tenggara sangat banyak menyimpan sisa kejayaan dari era kolonial berupa situs-situs sejarah, diantaranya :
- Benteng Belgica, bangunan berbentuk Pentagon peninggalan VOC yang terdapat di Kota Neira Benteng ini di bangun pada tahun 1611 oleh Gubernur Jenderal Pieter Both, saat ini Benteng Belgica diusulkan ke UNESCO untuk menjadi salah satu Warisan Dunia (World Heritage)
- Benteng Nassau, benteng peninggalan Portugis yang kemudian pembangunannya dilanjutkan oleh Belanda, benteng ini dibangun pada tahun 1609 dan terletak di Kota Neira, saat ini Benteng Nassau sedang megalami pemugaran.
- Benteng Hollandia/Fort Lonthoir dibangun tahun 1624, benteng peninggalan Belanda yang terdapat di Desa Lonthoir -- Pulau Banda Besar (kondisi rusak berat).
- Benteng Revenge dibangun pada tahun 1616, terdapat di Pulau Ay, benteng ini merupakan Benteng peninggalan Belanda (kondisi rusak berat).
- Benteng Concordia, merupakan benteng peninggalan Belanda dan terletak di Desa Waer -- Pulau Banda Besar dibangun pada tahun 1630. (kondisi rusak berat).
- Benteng De Post di Desa Kampung Baru -- Pulau Neira (situsnya mulai hilang).
- Benteng Colombo di Pulau Gunung Api merupakan benteng peninggalan Belanda yang dibangun pada akhir abad XVIII (kondisi rusak berat).
- Benteng De Pot (Fort Kota) di Pulau Gunung Api dibangun oleh van der Vliet pada tahun 1664 (kondisi rusak berat).
- Benteng De Morgenster (Fort Dender) terdapat di Desa Dender -- Pulau Banda Besar, benteng peninggalan Belanda ini dibangun pada tahun 1628 oleh Willem Jans Admiral. Â (situsnya mulai hilang)
- Benteng Lakuy, benteng peninggalan Belanda di Desa Lonthor -- Banda Besar (situsnya mulai hilang)
- Benteng Culemberg (Fort Salamon), benteng peninggalan Belanda yang dibangun pada tahun 1638 oleh Cornelis Acoley atas perintah Gubernur Jenderal Antonio van Diemen terdapat di Desa Salamon -- Pulau Banda Besar. (situsnya mulai hilang)
- Benteng Uring, benteng peninggalan Belanda yang terdapat di Desa Uring -- Pulau Banda Besar dibangun pada tahun 1630 oleh Hakim Ketua Jan Jansz Visscher. (situsnya mulai hilang)
- Istana Mini, Istana Gubernur VOC di Banda merupakan miniatur dari Istana Negara di Jakarta
- Istana Deputy Gubernur VOC yang terletak bersebelahan dengan Istana Mini
- Istana Captain Christophel Cole, dari Angkatan Laut Inggris yang berhasil menaklukan Banda dari tangan Belanda pada tanggal 8 Maret 1796
- Rumah Pengasingan Drs. Mohammad Hatta selama dibuang di Banda, tahun 1936-1942
- Rumah Pengasingan Sutan Syahrir selama dibuang di Banda, tahun 1936-1942
- Rumah Pengasingan dr.Cipto Mangunkusumo, tahun 1928-1940
- Rumah Pengasingan Mr. Iwa Kusuma Sumantri, tahun 1928-1940
- Monumen Parigi Rante, untuk mengenang pembantaian 40 Orang Kaya Banda oleh Jan Pieterszoon Coen pada tanggal 8 Mei 1621
- Mesjid Jami Al-Mukhlisin di Desa Kampung Baru
- Gereja Tua/Hollandische Kerk yang dibangun pada tahun 1600-an
- Klenteng Tua,Sun Tien Kong (berusia 400 tahun) yang terdapat di Desa Nusantara -- Pulau Neira
- Rumah Budaya/Museum Banda Neira
- Rumah-rumah tua bergaya Eropa milik ex-Perkenier Pala
Wisata Budaya
Keanekaragaman budaya dan adat istiadat asli serta hasil akulturasi budaya Arab, Cina, Eropa, Jawa, Melayu membuat khazanah budaya Banda Neira semakin kaya dan tetap lestari, beberapa diantaranya :
1. Tari Cakalele, adalah tarian perang, saat ini sering digunakan untuk penyambutan tamu dan upacara-upacara adat.
2. Tari Siamale, dari Desa Lonthor adalah tarian perayaan atas kemenangan perang di masa lalu, saat ini sering digunakan untuk penyambutan tamu dan upacara-upacara adat.
3. Kora-Kora atau Belang merupakan perahu perang orang Banda tempo dulu, saat ini setiap tahunnya diadakan perlombaan dan sering juga digunakan untuk penyambutan tamu.
4. Ritual Buka Kampung khusus untuk kampung-kampung Adat
5. Ritual Cuci Parigi Pusaka, ritual adat cuci sumur pusaka di Desa Lonthor, biasanya diadakan 7-10 tahun sekali.
6. Dan berbagai macam ritual serta tari-tarian lainnya
Wisata Agro
Pala merupakan komiditi utama/salah satu sumber mata pencaharian masyarakat Banda. Â Jika berkunjung ke Banda belum lengkaplah sebelum mengunjungi Perkebunan Pala VOC yang terletak di Spantjibie -- Pulau Banda Besar. Â
Sisa kejayaan Belanda di masa lalu dapat terlihat dari beberapa pohon Pala yang sudah berumur ratusan tahun sejak zaman VOC dan sebagain lagi merupakan pala Peremajaan yang dilakukan oleh PT. Banda Permai.
Wisata Kuliner
Di Banda terdapat aneka macam kuliner dan masakan-masakan khas yang tidak jauh dari bahan rempah-rempah dan Ikan, yang merupakan sektor unggulan di Banda Neira, ada beberapa jenis kuliner yang bisa dijadikan oleh-oleh yaitu : Manisan Pala, Syrup Pala, Jus Pala, Teh Kayu Manis, Kopi Pala, Halua Kenari, Ikan Asin Cakalang Banda, Abon Ikan Tuna, Abon Ikan Cakalang dan masakan serta menu-menu khas Banda lainnya.
Akses Transportasi dan Akomodasi di Banda Neira
Pengunjung yang berasal dari luar Provinsi Maluku harus transit melalui Kota Ambon, setelah itu barulah dilanjutkan ke Banda Naira, ada beberapa pilihan sarana transportasi :
- Transportasi Udara menggunakan pesawat perintis type Cassa dengan durasi waktu 2 kali seminggu. (Ambon -- Banda)
- Transportasi Laut ada beberapa pilihan : Kapal Pelni (KM Nggapulu dan KM Pangrango) dan Kapal Cepat -- PT. Dharma Indah, seminggu 2 kali (selasa dan sabtu ke Banda, rabu dan minggu ke Ambon) catatan : jika menggunakan kapal cepat harus terlebih dahulu ke Pelabuhan Tulehu dengan waktu tempuh dari Kota Ambon 45 menit.
- Di Kota Neira tersedia Hotel dan penginapan yang cukup representative, begitupun juga di Pulau Ay, Pulau Hatta dan Pulau Gunung Api tersedia Resort dan Home Stay. Â Tarif per malam variatif dari Rp.200.000 -- Rp. 1.000.000
- Di Hotel/Penginapan biasanya disediakan tawaran paket diving, snorkeling dan city tour dengan fasilitas yang memadai dan harga yang terjangkau.
- Festival Budaya Banda dan perlombaan Kora-Kora biasanya dilaksanakan setiap bulan Oktober/November.
- Waktu terbaik untuk berkunjung ke Banda Neira yaitu bulan September -- Februari, karena disaat itu kondisi laut tenang sehingga anda bisa menikamati liburan dengan nyaman.
Oleh :Â Isra Amin Ali
Pemerhati Sejarah dan Sosial Budaya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H