Mohon tunggu...
Isnani Qistiyah
Isnani Qistiyah Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis lepas

mimpi jadi scriptwriter :)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sebuah Pelukan dan Undangan Pernikahan

19 Maret 2021   00:07 Diperbarui: 19 Maret 2021   05:48 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Arsya menarik napas berat, membuatnya terlihat menyedihkan. Tidak ada kalimat lanjutan dari bibirnya. Hening. Memandangiku dengan tatapan penuh harap. Meremas jemariku, seakan memaksaku untuk berkata "ya" atas usulannya.

"Iya, Arsya, kali ini kamu menang. Hmmm, bukan! Bukan! Bukan kamu yang menang, tapi setan dalam dirimu. Itu!" Ketusku. Meski begitu, segaris senyum timbul dari bibir Arsya, anehnya, sorot matanya justru meredup.

***

Mataku susah terpejam. Di dalam imajinasiku ramai akan cerita-cerita bahagia di masa depan bersama Arsya. Namun, segala obrolan sampah sore tadi membuatku kelimpungan memikirkannya.

"Serius, kamu terima usulanku?" Arsya meyakinkan. Aku mengangguk dengan sedikit penyesalan dalam hati. "Alasannya?" kejarnya lagi.

Kamu benar, Arsya, aku tidak perlu meragukanmu. Kamu berhasil meyakinkanku saat ini, meskipun sebenarnya aku seringkali kehilangan rasa percaya terhadapmu. 

Kamu selalu meminta kehormatanku di tiap perayaan hari jadi kita. Bukan hanya itu, di waktu-waktu tertentu kamu juga meminta hal yang sama. 

Entah setan darimana yang membujukmu demikian. Aku bersikeras menolak! Menolak! Menolak! Aku marah, tetapi dengan sikapmu yang tenang, kamu langsung meredam amarahku. Mungkin sedang ada malaikat lewat. Lalu, kamu melupakan permintaanmu sendiri. Kamu mengalah. 

Seringkali hubungan kita ricuh karena permintaanmu itu. Hingga menjelang tahun ke enam di hubungan kita, kamu memintanya lagi. 

Permintaanmu kali ini membuatku mempertimbangkan. Katamu, kita bukan lagi anak ingusan. Kita adalah sepasang orang dewasa yang sedang berjuang menuju masa depan. 

Masa depanku adalah kamu, pun sebaliknya. Esok, ketika kita merayakan kebahagiaan di masa depan dengan sebuah pernikahan, kemudian melakukan hubungan intim, rasanya akan sama saja jika kita melakukannya sekarang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun