"Tidak, Dew aku tidak pernah menutup hati untuk siapapun dan kepada siapapun. Tapi, aku hanya lebih menjaga hati dan lebih memilih kepada siapa dan orang seperti apa aku buka hati kembali. Memang, 6tahun bukanlah perjalanan mudah karena aku tau bagaimana sulitnya membina hubungan sampai berhasil. Tapi, aku sadar satu hal aku tidak ingin memaksakan segala sesuatu yang menurut keinginanku tapi aku serahkan semuanya pada sang Maha Pemberi Harapan itu sendiri." Jawabku panjang lebar untuk menjelaskan bagaimana situasiku agar Dewi tidak berasumsi berlebihan.
"Tapi Nay, aku tau kalau kaka tingkat kita salah satu anak dari prodi yang sama dengan kita dia itu menyukaimu. Mengapa kamu tidak mencoba buka hati untuknya?" Tanya Dewi yang sebenarnya aku malas untuk menjawabnya.
"Dew, dari yang 6 tahun aku belajar dan banyak belajar salah satunya yaitu Aku terlalu berharap dengan yang diciptakannya bukan dengan Sang Penciptanya. Makanya, sekarang aku ingin self improvement terlebih dulu dan mendekatkan diri dengan sang pemberi dari Cinta itu sendiri." Tegasku pada Dewi agar tidak menimbulkan berbagai pertanyaan yang sudah tidak ingin ku meladeninya.
Dewi pun akhirnya terdiam meskipun dia masih merasakan penasaran dalam pikirannya. Belum sampai 5 menit pembicaraan ku dengan Dewi selesai ternyata kaka tingkat yang sering kita panggil Kating yang bersangkutan dan yang Dewi bicarakan dia menghampiri meja kita dan menyapa lembut bak bukan sebagai kaka tingkat yang terlihat seseram seperti saat sedang ospek jurusan.
"Dew, Nay kalian disini? Kebetulan saya mencari kalian ingin membahas divisi kita tentang acara yang akan kita tampilkan esok dan kebetulan koordinator dan wakilnya kan kalian ya." Ucapnya yang sontak membuat aku dan dewi kaget. Ya kita satu divisi atau satu department dibagian kreatif yang harus mengatur jalan dan idenya cerita harus seperti apa .
"Kang, bagaimana kalau kita bikin drama musical gitu kan sekarang lagi trending tuh drama musical kaya gitu." Jawab Dewi dengan penuh semangat. "Kang" adalah sapaan kita dari junior terhadap senior di jurusan kita.
"Kayanya kalau drama musical kurang worth it Dew, soalnya kan kita tidak terlalu banyak property nya sedangkan musical kan tidak terlalu banyak dialog kebanyakan dibuat semacam lipsing gitu sama banyak adegan yang takutnya nanti ga terlalu paham kalau mau ya mending sekalian bikin short drama atau pusi aja yang banyak mengandung pesan moralnya." Tanggapan saranku terhadap Dewi.
"Betul juga Nay, nah gimana kalau kita bikin puisi aja?" Kating itu seolah entah bagaimana menyetujui ideku tanpa dia memikirkannya terlebih dahulu. Situasipun semakin membuat Dewi bahagia karena sekarang lawan dan arah bicara hanya terpusat padaku dan kating itu sebutlah namanya Rega. Â Ya Kang Rega, orang yang berpenampilan sederhana namun memiliki intelegensi yang tidak terpikirkan dengan IPK yang selalu hamper mendekati sempurna.
"Nah iya Kang boleh juga puisi kan waktunya Cuma dikasih 3 menit kan mengangkat tema sederhana aja kan tema pementasan kita buat ditampilkan di acara keagamaan bukan?" Tanya Dewi kepada Kang Rega.
"Iya dew betul, bagaimana kalau kita membuat cerita mengenai membuka mata kita sebagai kaum muda tentang dunia percintaan yang sesungguhnya halal dimata agama kita?" Jawab Kang Rega terhadap lontaran pertanyaan dari Dewi.
"Nah boleh tuh kang kita bikin puisi kalau memang sebenarnya berharap hanya pada sang pemberi harapan dari cinta itu sendiri. Misal mencintai dalam diam atau pengagum rahasia, enaknya yang bisa memberikan pesan langsung kepada penonton gitu." Saran ku terhadap pengambilan tema yang akan diambil.