Blangkon adalah penutup kepala tradisional yang berasal dari Jawa, Indonesia, yang umumnya dikenakan oleh pria. Blangkon biasanya terbuat dari kain batik yang dilipat dengan cara khusus, dan digunakan sebagai bagian dari pakaian adat dalam berbagai upacara atau acara formal, seperti pernikahan, pertunjukan seni, atau acara adat lainnya.
Secara umum, blangkon terdiri dari beberapa lapisan kain yang dilipat dan dipasang dengan cara tertentu di kepala memberikan tampilan yang khas. Ada beberapa jenis blangkon yang berbeda seperti blangkon Solo, blangkon Jogja, dan lain-lain, yang mempunyai bentuk serta gaya sedikit berbeda. Blangkon juga sering kali menjadi simbol status sosial atau identitas seseorang dalam masyarakat Jawa.
Blangkon memiliki bentuk yang khas, yakni seperti semacam ikat kepala yang melingkar dan menutupi bagian atas kepala, dengan ujung belakang yang terlipat rapi. Blangkon tidak hanya berfungsi sebagai aksesoris fashion, tetapi juga mengandung makna simbolis yang terkait dengan kebudayaan Jawa, seperti status sosial, usia, atau peran seseorang dalam masyarakat.
Penelitian ini membahas tentang perbedaan Belangkon Solo dan Jogja. Pengrajin Bapak Latif Blangkon asal Solo, Jawa Tengah. Kali ini Bapak Latif sedang memproduksi Blangkon Solo dan Jogja dengan motif Samurai.
Tinjauan Pustaka
Sumber literasi kepustakaan yang bersangkutan dengan kajian perbedaan Blangkon Solo dan Jogja adalah sebagai berikut:
Artikel ilmiah Anugrah Cisara berjudul BLANGKON DAN KAUM PRIA JAWA, SRM, FSRD, UNS, 2018.
Artikel ilmiah Ayu Lukita Tiana, Maskun dan Wakidi berjudul ANALISIS MAKNA BLANGKON POLA YOGYAKARTA, FKIP, Bandar Lampung.
Artikel ilmiah Sugiyamin1 ,Moh Rusnoto Susanto2, Nugroho Heri Cahyono3, Andrik Musfalri4, METAMORFOSIS VISUAL: KAJIAN TRANSFORMATIF BLANGKON GAYA YOGYAKARTA BERBASIS APLIKASI MOTIF BATIK PADA KARYA NARDI DI BUGISAN YOGYAKARTA, Ilkom Internasional, FISIPOL, UMY , 2022.
Tinjauan melalui tiga studi pustaka diatas, antara analisis perbedaan belangkon solo dengan belangkon Jogja menunjukkan hasil yang masih orisinil dibandingkan dengan hasil penelitian lainnya. Maka penelitian ini dapat dinyatakan bebas dari unsur plagiasi.
METODE