Setelah itu, giliran Pratikno menjelaskan seputar kemungkinan waktu pertemuan antara Presiden dengan Kompasianer. Kalau pagi sekitar jam 10, berarti pertemuan biasa saja, sehingga jumlah pesertanya bisa 100 sampai 250 orang. Tapi kalau Pak Jokowi bisanya pas makan siang, yang diterima paling maksimal 20 orang.
Mendengar penjelasan tersebut, saya pun menyampaikan permintaan, kalau bisa, undangannya jam 10 pagi saja, karena semakin pagi semakin baik, agar setelah itu teman-teman Kompasianer bisa segera kopdaran dengan Kompasianer lain di arena Kompasianival 2015. Saya juga kembali memastikan siap memenuhi undangan untuk 100 Kompasianer—meskipun kalau mau realistis, undangan ini tidak bisa ditangani karena semua sumber daya sudah habis untuk Kompasianival.
Di akhir pertemuan, kami diminta menunggu konfirmasi dari pihak Protokoler yang akan mengatur undangannya. Setelah pamitan, saya melihat Pak Menteri tetap memegang denah Kompasianival 2015, tidak menyerahkannya ke para staf yang sedari awal mengikuti pertemuan tersebut. Begitu melihat Mensesneg menggenggam denah, Raja yang secara teknis mengurusi Kompasianival merasa masih ada harapan Jokowi bisa hadir: Mensesneg setelah ini akan lapor ke Presiden sambil memperlihatkan persiapan terakhir Kompasianival, lalu Jokowi memaksakan diri untuk hadir ke sana. Yes! Begitu sih mimpinya….
Sebelum pulang, staf Mensesneg bilang ke saya dan teman-teman bahwa tawaran Pak Menteri itu langka sekali. Jarang-jarang ada orang yang acaranya tidak jadi dihadiri presiden lalu ditawari datang ke istana. Saya bersyukur menerima tawaran itu di kesempatan pertama, meski dalam hati kecil masih berharap betul Jokowi bisa datang memberikan sambutan pembuka di Kompasianival 2015.
Sore harinya, kami menerima kepastian Jokowi tidak bisa memenuhi undangan ke Kompasianival. Setelah itu, Editor Nurulloh mulai menjalin komunikasi intensif dengan Protokoler Istana terkait undangan Istana untuk Kompasianer.
Yang pertama kali dipastikan oleh Protokoler adalah kesediaan waktu Presiden bertemu Kompasianer. Protokoler menginformasikan bahwa waktu pertemuan adalah Sabtu jam 12 siang. Sehingga otomatis acara pertemuannya akan diawali dengan makan siang bersama Presiden di Istana. Karena pas jam makan siang, maka jumlah Kompasianer yang diundang hanya bisa untuk 20 orang.
Duh, begitu mendengar info terkini dari Nurulloh, saya serta-merta galau. Di satu sisi, saya lega karena jumlah Kompasianer yang harus didatangkan ke Istana berkurang, yang otomatis mengurangi sumber daya yang dikerahkan. Tapi di sisi lain, jumlah Kompasianer yang bisa bertemu Jokowi di Istana semakin berkurang.
“Gak jadi 100 orang, Rul?”
“Cuma 20 orang, Mas. Tapi ini masih kontak-kontakan sih. Mereka bilang sedang mengusahakan bisa 100,” jawab Nurulloh.
Lalu Nurulloh berkomunikasi lagi dengan Protokoler dengan patokan 100 orang seperti dibicarakan bersama Mensesneg. Kamis malam, alokasi kursi masih bertahan di angka dua puluh. Saya pun lapor ke bagian keuangan untuk merevisi kebutuhan transportasi dari Gandaria City ke Istana, dari dua bis menjadi hanya satu mobil kecil karena yang diangkut hanya 20 orang. Dalam kunjungan ini, tentunya tidak ada dana yang dikeluarkan oleh panitia Kompasianival kecuali penyediaan bis. Juga tidak ada dana yang dikeluarkan oleh pihak Istana kecuali untuk jamuan makan siang di tempat.
Lalu pada Jumat pagi, Protokoler menyampaikan informasi baru. Istana memastikan mengundang 100 Kompasianer makan siang di Istana bersama Presiden Jokowi. Acaranya: Jamuan Santap Siang dengan Para Peserta Kompasianival 2015 di Istana Negara (seperti tercantum di lembar undangan yang baru didapat Kompasiana pada Jumat malam).