Mohon tunggu...
Zulkarnain El Madury
Zulkarnain El Madury Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Madura pada tahun 1963,
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Seorang pemburu kebenaran yang tak pernah puas hanya dengan " katanya". Adalah Da'i Pimpinan Pusat Muhammadiyah peeriode 1990 sd 2007, selanjutnya sebagai sekjen koepas (Komite pembela ahlul bait dan sahabat) hingga 2018, sebagai Majelis Tabligh/Tarjih PC. Muhammadiyah Pondok Gede, Sebagai Bidang Dakwah KNAP 2016 -219 . Da'i Muhammadiyah di Seluruh Tanah air dan negeri Jiran ..pernah aktif di PII (Pelajar Islam Indonesia), Tinggal dijakarta

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Konsep Teologi Muhammadiyah Vs Teologi Mu'tazilah

2 Mei 2020   19:51 Diperbarui: 2 Mei 2020   19:51 1657
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Dari paparan tersebut antara Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah Islam yang rasional dan mu'tazilah juga yang rasional memang memiliki perbedaan. Karena Muhammadiyah menggabungkan antara puritanisme dan Islam modern atau yang lebih dikenal dengan pembaharuan. Muhammadiyah dengan pembaharuannya juga tidak melepaskan sesuatu yang dianggap rasional sehingga diperlukan berbagai macam cara agar umat Islam tidak terperosok ke dalam taqlid dan jumud. Sebagaimana muktazilah juga berpikir seperti itu dan sama-sama menganut Amar ma'ruf nahi mungkar. 

Amar ma'ruf nahi mungkar versi Muhammadiyah dan versi mu'tazilah sama-sama diasaskan pada ideologi yang berbeda. Rasionalisme Muhammadiyah ini lebih jauh dikembangkan dengan menggunakan falsafah dari Tarjih Muhammadiyah yang disebut dengan bayani burhani dan Irfani artinya tidak semata-mata memandang Islam secara puritan harus lebih logis dan komprehensif yang bisa diterima oleh semua kalangan. 

Sedangkan muktazilah dengan Ushulul Khamsahnya berpendapat Islam itu harus rasionalis dan harus lahir dengan secara rasio yang bisa diterima oleh semua orang dan tidak boleh berpikir puritan Semata untuk itu mu'tazilah menempuh berbagai cara termasuk menggandeng kekuasaan di masa Abbasiyah seperti Khalifah Al Makmun, Al mu'tashim Billah dan kekuasaan lainnya.

Sebagai konsekuensi yang dianut oleh mu'tazilah yaitu dengan menutup berbagai Celah yang menentang mu'tazilah seperti memenjarakan kelompok puritan yang disebut dengan Ahlus Sunnah Wal Jamaah dan semua mereka yang tidak setuju dengan mu'tazilah nasibnya pasti di penjara. Terutama tentang paham Alquran adalah makhluk,  menjadi salah satu dasar di dalam memberantas kelompok puritan yang mungkin pada saat ini disebut fundamental Islam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun