Dari paparan tersebut antara Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah Islam yang rasional dan mu'tazilah juga yang rasional memang memiliki perbedaan. Karena Muhammadiyah menggabungkan antara puritanisme dan Islam modern atau yang lebih dikenal dengan pembaharuan. Muhammadiyah dengan pembaharuannya juga tidak melepaskan sesuatu yang dianggap rasional sehingga diperlukan berbagai macam cara agar umat Islam tidak terperosok ke dalam taqlid dan jumud. Sebagaimana muktazilah juga berpikir seperti itu dan sama-sama menganut Amar ma'ruf nahi mungkar.Â
Amar ma'ruf nahi mungkar versi Muhammadiyah dan versi mu'tazilah sama-sama diasaskan pada ideologi yang berbeda. Rasionalisme Muhammadiyah ini lebih jauh dikembangkan dengan menggunakan falsafah dari Tarjih Muhammadiyah yang disebut dengan bayani burhani dan Irfani artinya tidak semata-mata memandang Islam secara puritan harus lebih logis dan komprehensif yang bisa diterima oleh semua kalangan.Â
Sedangkan muktazilah dengan Ushulul Khamsahnya berpendapat Islam itu harus rasionalis dan harus lahir dengan secara rasio yang bisa diterima oleh semua orang dan tidak boleh berpikir puritan Semata untuk itu mu'tazilah menempuh berbagai cara termasuk menggandeng kekuasaan di masa Abbasiyah seperti Khalifah Al Makmun, Al mu'tashim Billah dan kekuasaan lainnya.
Sebagai konsekuensi yang dianut oleh mu'tazilah yaitu dengan menutup berbagai Celah yang menentang mu'tazilah seperti memenjarakan kelompok puritan yang disebut dengan Ahlus Sunnah Wal Jamaah dan semua mereka yang tidak setuju dengan mu'tazilah nasibnya pasti di penjara. Terutama tentang paham Alquran adalah makhluk, Â menjadi salah satu dasar di dalam memberantas kelompok puritan yang mungkin pada saat ini disebut fundamental Islam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H