Mohon tunggu...
Iskandar Mutalib
Iskandar Mutalib Mohon Tunggu... Penulis - Pewarta

Pengabdi Ilmu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

"Lurah Kobong PKI"

18 Desember 2018   14:36 Diperbarui: 18 Desember 2018   15:14 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Untuk mereka yang tidak menjalankan kewajiban sholat tahajud sekaligus sholat subuh, kata Makmun lagi, Amri, Harbudhi, Asep, Deden dan Cecep. 

"Khusus untuk Cecep, laporannya meriang. Kalau yang lainnya kembali tidur setelah di bangunin," tuturnya. 

Ustadz Muflih minta Mamun mengumpulkan santri yang tidak mematuhi peraturan di pinggir Sungai Cicatih. 

"Iya Ustadz," katanya sambil bergegas keluar dari dalam masjid. 

Ruang yang dituju Lurah Mamun pertama kali adalah kobong Harbudhi dan Amri. Mereka berdua masih tidur pulas. 

"Bud, bangun. Shalat," ucap Mamun dengan suara lembut sambil menggoyangkan kaki Harbudhi. 

Merasa tidurnya terganggu, Harbudhi bangun dan memaki Ustadz Mamun. 

"Jangan mentang-mentang maneh lurah. Sial, jangan ganggu," katanya.

Lurah Mamun tersenyum. "Ayoh sholat. Ditungguan Ustadz Muflih ti masjid," katanya.

Harbudhi membangunkan Amri. Mereka berdua berkoalisi menolak Ustad Mamun. 

"Kaya PKI ente. Nyuruh orang melulu. Urusan sholat, urusan pribadi," ucap Amri kesal. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun