Mohon tunggu...
Iskandar Mutalib
Iskandar Mutalib Mohon Tunggu... Penulis - Pewarta

Pengabdi Ilmu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

"Lurah Kobong PKI"

18 Desember 2018   14:36 Diperbarui: 18 Desember 2018   15:14 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ia mendorong bahu Lurah Mamun hingga terjungkal di atas dipan. Lurah Mamun tetap tersenyum.

"Ayoh, shalat," katanya tetap tersenyum. 

Merasa diledek Lurah Mamun, Harbudhi langsung mengarahkan bogem mentah ke arah wajah Mamun. 

Yang diserang langsung mengelak, seraya mengarahkan pukulan balik ke perut Harbudhi. Buk..., Harbudhi merasakan sakit luar biasa. Nafasnya sesak. 

Amri yang tak menyangka Harbudhi dengan mudah dilumpuhkan Lurah Mamun, diam. Namun, tangan Ustadz Mamun telah mengarah ke mulutnya. Plak..., 

"Ayo kalian berdua sholat di masjid," katanya. 

Harbudhi dan Amri akhirnya hanya bisa pasrah mengikuti langkah Ustadz Mamun menuju masjid. 

Sedangkan Asep dan Deden berlarian turun ke masjid. Di hadapan Ustadz Muflih, kedua orang itu mangaku bangun kesiangan. Tidak mendengar suara kamar di ketok Kang Toyib. Mereka siap menjalankan hukuman. 

"Sholat subuh, jangan lupa qunut. Imamnya Asep," kata Ustadz. 

Deden, Asep, Amri dan Harbudhi bergegas ke kamar mandi untuk wudhu. Usai sholat, Ustadz Muflih, meminta mereka berempat merapat. 

"Inilah generasi santri yang gagal paham nilai keislaman. Islam bukan agama paksaan. Hanya saja kalian dititipkan orangtua kalian di pondok ini untuk belajar ajaran Islam," katanya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun