"Apakah tidak lebih efektif pak Kaji Liba, pak Kaji Sukri, pertemukan saja wakil-wakilnya yang berselisih, orangtua arahkan unuk ambil kesepakatan bangun gardu Rindu bersama, apa susahnya. Toh untuk kepentingan bersama juga!".
Sambil menyeruput jahe yang hangat, pak Liba memandangku berlanjut mengedarkan pandangan ke Oesse dan Matta, kemudian berkata,
"Nah itu dia, Sudrun, Oesse dan Matta. Hidup itu bisa sederhana atau ruwet kembali ke persepsi manusianya. Kalian masih muda, serap baik-baik kisah kehidupan yang seperti ini"
"Pemikiran ideal di tataran ide itu tidak selalu sinkron dengan kenyataan. Dunia sesungguhnya itu sungguh menjadi lebih rumit, karena isi kepala tiap orang berbeda-beda. Apalagi jika masing-masing lebih mengedepankan ego sendiri. Ya ga ketemu konklusi. Menang-menangan. Yang dituju tidsk akan ernah sampai".
"Ada kalimat, ucapan, sikap dan perbuatan yang terekspos secara tersurat. Terbuka dan tampak seperti yang kita baca, dengar, dan lihat. Tetapi yang paling penting untuk difahami adalah makna tersirat. Inilah kontruksi pola pikir terdalam manusia, yang tidak semua bisa menangkap dan memahami. Untuk itu penting sekali saling berkomunikasi yang santun, intens dan berkualitas".
Kami bertiga saling lirik sesaat mencari pemahaman arah kalimat beliau dikaitkan dengan kejadian kisruh gardu. Terlalu filosofis dan artifisial.
Masih tercenung dengar perkataan Kaji Liba, kulihat beliau mendongak ke arah belakang pendopo memanggil Naim, anak muda yang sering mengantar kemanapun beliau bepergian. Naim sedang ngobrol dengan beberapa temannya di serambi samping pendopo.
"Naim, tolong pesankan wedang jahe hangat satu lagi di pak Juzi untuk pak Ustadz Hikmah"
"Ustadz Hikmah dimana pak Kaji?" sela Naima sambil tergopoh dan celingak-celinguk.
"Kamu ga tahu to? Ya sudah pesankan sesuai kata bapak tadi, trus bawa kesini. Ustadz Hikmah dimana itu tidak penting untukmu. Kecuali kamu mau ijab qabul, sudah berani ?"
"Hehehe, belum ada yang mau pak Kaji. Baik saya ke pak Juzi, Siapp segera laksanakan !!!", celoteh Naim lalu semburat ke warung pak Juzi.