"Ini pak, uangnya".
"Baik, lain kali bawa suratnya ya. Jangan melanggar. Anda kan mahasiswa".
"Iya pak, permisi", saya berujar dengan lemas karena puasa ditambah usaha panitia sore itu sia-sia.
Kami melaju pulang dalam diam. Hari itu kami berbuka bersama pak Polisi. Dalam arti yang lain. Malam harinya panitia kumpul dan saya laporkan ini kisah. Mereka tertawa ngakak, dengan kepolosan kami berdua.
"Lah, uang donasi kok diserahkan polisi, ealah "
Saya tidak faham kejadian itu lucu atau ironi, tapi tawa panitia membuat kami tersenyum kembali. Semoga infak donatur tetap tercatat sebagai pahala di akhirat sana. Guman saya.
2. Berbuka Bersama Demi Gizi
Ini kisah tahun 2000-an. Sekitar bulan Oktober/Nopember. Bulan-bulan awal  semester ganjil perkuliahan. Kebetulan saya mengikuti program DUE, beasiswa program pascasarjana di UGM.
Ini yang tidak banyak diketahui, mungkin orang berpikir dapat beasiswa selalu enak. Tinggal belajar dikasih uang. Yang unik dengan beasiswa dalam negeri, di awal-awal bulan dana belum cair. Bulan keempat baru cair beserta rapel kekurangannya.
Untuk keperluan hidup sehari-hari dan perkuliahan, harus roboh kocek sendiri  atau usul pinjaman ke UGM. Intinya serba mepet dan kadang-kadang kerepotan. Tetangga kamar yang dari universitas swasta foya-foya, karena dapat bantuan dari kampusnya. Yang dari negeri, mesti sering-sering menjilat bibir, agar tidak kekeringan.