Mohon tunggu...
irwas abdullah
irwas abdullah Mohon Tunggu... Guru - Guru Dinas Pendidikan Kabupaten Gowa

Saya seorang guru, disamping itu juga saya sering mengisi acara pengajian dan berceramah di majelis-majelis ilmu

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Refleksi Jurnal Dwimingguan Modul 2.3 Coaching

13 Oktober 2022   19:29 Diperbarui: 13 Oktober 2022   19:58 2278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

PENULIS : IRWAS, S. Ag., M. Pd.

CALON GURU PENGGERAK ANGK. 5 KABUPATEN GOWA

SMP NEGERI 2 BAJENG BARAT

Tulisan ini menggunakan Model 2, yaitu: Description, Examination and Articulation of Learning (DEAL). Model ini dikembangkan oleh Ash dan Clayton (2009). Dalam refleksi model ini, akan dijabarkan pertanyaan-pertanyaan panduan sebagai berikut:

  • Description: Deskripsikan pengalaman yang dialami dengan menceritakan unsur 5W1H (apa, siapa, di mana, kapan, mengapa, bagaimana);
  • Examination: Analisis pengalaman tersebut dengan membandingkannya terhadap tujuan/rencana yang telah dibuat sebelumnya;
  • Articulation of Learning: Jelaskan hal yang dipelajari dan rencana untuk perbaikan di masa mendatang

Pada langkah description, akan saya deskripsikan pengalaman dengan menceritakan unsur yang mengandung 5 W 1 H (apa, siapa, di mana, kapan, mengapa, bagaimana);

Pertanyaan pemantik:

1. Apa materi dan kegiatan yang terjadi?

2. Siapa yang melaksanakan kegiatan?

3. Dimana dilaksanakan kegiatan?

4. Kapan waktu pelaksanaannya?

5. Mengapa kegiatan tersebut dilaksanakan?

6. Bagaimana hasil kegiatan tersebut?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas akan dirangkum dalam suatu deskripsi berikut ini:

Sejak pembelajaran melalui Learning Manajemen System (LMS) bagi Program Pendidikan Guru Penggerak (PPGP), Calon Guru Penggerak (CGP) angkatan ke-5 Kabupaten Gowa, dengan pembelajaran menggunakan siklus MERDEKA, yang diawali dengan Mulai dari Diri, lalu dilanjutkan dengan Eksplorasi Konsep; Ruang Kolaborasi; Demonstrasi Kontekstual; Elaborasi Pemahaman; Koneksi Antarmateri; dan ditutup dengan Aksi Nyata.

Selanjutnya materi-materi yang diperoleh dari Modul 2.3 Coaching. Pembelajaran 1 Dimulai dari Diri membahas mengenai Konsep Coaching di sekolah, dengan menanggapi kasus-kasus yang terjadi di LMS. Pada tahap pembelajaran 2 Eksplorasi Konsep Coaching dalam dunia Pendidikan, menguarai tentang pengertian Coaching. Salah satu pengertiannya adalah “sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee (Grant, 1999)“.

Coaching dalam Konteks Sekolah, menurut Ki Hadjar Dewantara menekankan bahwa tujuan pendidikan itu ‘menuntun tumbuhnya atau hidupnya kekuatan kodrat anak sehingga dapat memperbaiki lakunya. oleh sebab itu peran seorang coach (pendidik) adalah menuntun segala kekuatan kodrat (potensi) agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia maupun anggota masyarakat. Dalam proses coaching, murid diberi kebebasan namun pendidik sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan arahan agar murid tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Seorang ‘pamong’ dapat memberikan ‘tuntunan’ melalui pertanyaan-pertanyaan reflektif agar kekuatan kodrat anak terpancar dari dirinya. Dalam konteks pendidikan Indonesia saat ini, coaching menjadi salah satu proses ‘menuntun’ kemerdekaan belajar murid dalam pembelajaran di sekolah.

Menurut International Coach Federation (ICF) Empat keterampilan dasar seorang coach seharusnya dapat dimiliki oleh guru ketika memerankan diri sebagai coach. keterampilan membangun dasar proses coaching yaitu; keterampilan membangun hubungan baik, keterampilan berkomunikasi, keterampilan memfasilitasi pembelajaran. Pada tahap ini juga masih mengupas Perbedaan antara Coaching, Konseling, dan Mentoring dalam Konteks Pendidikan. Kompetensi inti coaching masih menurut ICF adalah 1) Kehadiran Penuh (presense) 2) Mendengarkan Aktif, dan 3) Mengajukan Pertanyaan Berbobot.

Pada pembelajaran ini, telah dibahas komunikasi yang memberdayakan, ada empat 4 unsur utama yang mendasari prinsip komunikasi yang memberdayakan: 1) Hubungan saling mempercayai, 2) Menggunakan data yang benar, 3) Bertujuan menuntun para pihak untuk optimalisasi potensi, 4) Rencana tindak lanjut atau aksi. Pada bagian ini ada empat aspek berkomunikasi yang perlu dipahami oleh coach untuk mendukung praktik Coaching, yaitu; komunikasi asertif, pendengar aktif, bertanya efektif dan umpan balik positif.

Berkomunikasi secara asertif akan membangun kualitas hubungan kita dengan orang lain menjadi lebih positif karena ada pencapaian bersama dan kesepakatan dalam pemahaman dari kedua belah pihak. Ada Ada beberapa tips untuk menyelaskan hubungan antara coach dengan coachee, yaitu menyamakan kata kunci, menyamakan bahasa tubuh, dan menyelarskan emosi.

Menjadi pendengar aktif dalam praktik coaching, seorang choach harus memiliki 5 teknik mendengar aktif, yaitu: 1) Memberikan perhatian penuh pada lawan bicara 2) Tunjukan bahwa kita mendengar; 3) Menanggapi perasaan dengan tepat; 4) Parafrase; dan 5) Bertanya.

Pada tahap pembelajaran selanjut pada LMS yaitu terjadi Eksplorasi Konsep dalam forum diskusi; dalam hal ini membincangkan mengenai Konsep Coaching, Komunikasi yang Memberdayakan, dan Model Coaching. Selanjutnya pada tahap pembelajaran 3 Ruang kolaborasi sesi latihan praktik coaching dengan menggunakan alur TIRTA. TIRTA kepanjangan dari

T: Tujuan

I: Identifikasi

R: Rencana aksi

TA: Tanggung jawab


Inilah yang selanjutnya menjadi tugas kelompok dalam Ruang Kolaborasi dengan sesi Latihan Praktik Coaching dengan Alur TIRTA, dimasa satu orang bertindak sebagai Coach, satu orang bertidak secara Coachee, satu lagi bertindak sebagai Pengamat. Masing memiliki tiga kasus yang berbeda-beda dan diperankan dalam tiga kali praktik coaching dengan kasus yang berbeda.  Inilah yang dikumpulkan dalam tugas dan disematkan di LMS. Pembelajaran semakin mantap setelah sampai pada pembelajaran 6 Elaborasi Pemahaman yang disampaikan oleh Instruktur Dr. Ameliasari Tauresia kesuma, SE., M. Pd.. Kemudian dilanjutkan pada Pembelajaran 7 Koneksi Antar Materi sebagai Kesimpulan, dan Pembelajaran 8 terakhir yaitu Aksi Nyata.

Nah kenapa Pembelajaran 8 Aksi Nyata ini harus dilaksanakan, karena sebagai bukti nyata bahwa selama pembelajaran ini betul-betul ada hasil dan manfaatnya bukan hanya bagi CGP, tetapi bermanfaat juga bagi murid, institusi pendidikan dan masyarakat, bangsa dan negara.  

Selanjutnya pada tahap examination, yaitu: Analisis pengalaman tersebut dengan membandingkannya terhadap tujuan/rencana yang telah dibuat sebelumnya. Pada tahap ini berjalan kurang lancar dan tepat waktu, dikarenakan belum tepat menemukan teman/parner dalam melaksanakan praktik coaching, disamping kendala jaringan yang kurang bersahabat. Tapi alhamdulillah hakekat pembelajaran coaching sangat bermakna bagi saya lebih-lebih dengan teman-teman saya yang melaksanakan praktik latihan. Suatu pengalaman sangat bermanfaat bagi masa depan pembelajaran pada khususnya dan pendidikan pada umumnya.

Pengalaman yang luar biasa saya alami setelah menerima materi, merencanakan aksi, kemudian melaksanakan praktik coaching, dan selanjut direfleksi. Dimana refleksinya, walaupun terkesan seperti sandiwara, tetapi betul-betul akan diterapkan dalam dunia nyata pendidikan di sekolah. 

Tahap terakhir dari model ini adalah articulation of learning, yaitu menjelaskan hal yang telah dipelajari dan rencana untuk perbaikan di masa mendatang. Alur percakapan coaching TIRTA dikembangkan dengan semangat merdeka belajar yang membuat kita memiliki paradigma berpikir, prinsip dan keterampilan coaching untuk memfasilitasi rekan sejawat agar dapat belajar dari situasi yang dihadapi dan membuat keputusan-keputusan bijaksana secara mandiri. Hal ini penting mengingat tujuan coaching yaitu untuk pengembangan diri dan membangun kemandirian. Melalui alur percakapan coaching TIRTA, kita diharapkan dapat melakukan pendampingan baik kepada rekan sejawat maupun muridnya.

Dari segi bahasa, TIRTA berarti air. Air mengalir dari hulu ke hilir. Jika kita ibaratkan murid kita adalah air, maka biarlah ia merdeka, mengalir lepas hingga ke hilir potensinya. 

TIRTA (Tujuan)

Tujuan Umum (Tahap awal dimana kedua pihak coach dan coachee menyepakati tujuan pembicaraan yang akan berlangsung. Idealnya tujuan ini datang dari coachee)

Dalam tujuan umum, beberapa hal yang dapat coach rancang (dalam pikiran coach) dan yang dapat ditanyakan kepada coachee diantaranya:

Apa rencana pertemuan ini?

Apa tujuannya?

Apa tujuan dari pertemuan ini?

Apa definisi tujuan akhir yang diketahui?

Apakah ukuran keberhasilan pertemuan ini?

Seorang coach menanyakan kepada coachee tentang sebenarnya tujuan yang ingin diraih coachee.

TIRTA (Identifikasi)

Identifikasi (Coach melakukan penggalian dan pemetaan situasi yang sedang dibicarakan, dan menghubungkan dengan fakta-fakta yang ada pada saat sesi)

Beberapa hal yang dapat ditanyakan dalam tahap identifikasi ini diantaranya adalah:

Kesempatan apa yang Bapak/Ibu miliki sekarang?

Dari skala 1 hingga 10, dimana posisi Bapak/Ibu sekarang dalam pencapaian tujuan Anda?

Apa kekuatan Bapak/Ibu dalam mencapai tujuan tersebut?

Peluang/kemungkinan apa yang bisa Bapak/Ibu ambil?

Apa hambatan atau gangguan yang dapat menghalangi Bapak/Ibu dalam meraih tujuan?

Apa solusinya?

TIRTA (Rencana Aksi)

Rencana Aksi (Pengembangan ide atau alternatif solusi untuk rencana yang akan dibuat)

Apa rencana Ibu/bapak dalam mencapai tujuan?

Adakah prioritas?

Apa strategi untuk itu?

Bagaimana jangka waktunya?

Apa ukuran keberhasilan rencana aksi Bapak/Ibu?

Bagaimana cara Bapak/Ibu mengantisipasi gangguan?

TIRTA (Tanggung Jawab)

Tanggungjawab (Membuat komitmen atas hasil yang dicapai dan untuk langkah selanjutnya)

Apa komitmen Bapak/Ibu terhadap rencana aksi?

Siapa dan apa yang dapat membantu Bapak/Ibu dalam menjaga komitmen?

Bagaimana dengan tindak lanjut dari sesi coaching ini?

Dengan menjalankan alur TIRTA ini, harapannya seorang kepala sekolah dapat dapat menjalankan percakapan berbasis coaching dengan lebih efektif dan bermakna. Banyak hal-hal yang perlu diperbaiki di antaranya, perlu kehadiran penuh, mendengarkan dengan saksama, dan memberikan pertanyaan yang berbobot, serta mereflesikan kegiatan.

Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun