Dalam sambutannya, Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan, ulang tahun ke-74 dan peluncuran logo baru menjadi momentum bagi BTN untuk melakukan percepatan transformasi.
Erick meminta agar BTN harus mampu menjadi tumpuan dalam solusi pembiayaan perumahan bagi masyarakat banyak.Â
Lebih lanjut, Erick menyebutkan, saat ini 52 persen penduduk Indonesia tinggal di perkotaan, dan diperkirakan angka ini meningkat menjadi 70 persen pada 2035.Â
Jadi, pembiayaan untuk 600.000 unit rumah tidak cukup memenuhi kebutuhan masyarakat, karena secara keseluruhan, kekurangan perumahan di Indonesia berkisar di angka 12,7 juta.Â
Adapun tentang pergantian nama bank, Kompas.com (27/11/024) menulis, Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) Maruarar Sirait meminta agar BTN ke depan bisa bertransformasi menjadi Bank Perumahan.Â
Hal itu diperlukan agar ada bank di Indonesia yang fokus untuk membiayai ekosistem bidang perumahan, sehingga mampu membangun kepercayaan publik sekaligus meningkatkan pembangunan rumah di Indonesia.Â
Pernyataan tersebut di atas sebetulnya bukan kali pertama dilontarkan Ara, sapaan akrab Maruarar Sirait.Â
Sebelumnya, dalam diskusi Program 3 Juta Rumah di Menara BTN, Jakarta, Jumat (8/11/2024), Menteri PKP sempat meminta agar BTN mengubah nama menjadi Bank Perumahan sehingga lebih fokus dalam pembiayaan perumahan.
"Saya minta ke depan BTN bisa lebih fokus untuk sektor perumahan. Untuk itu perlu transformasi besar BTN menjadi Bank Perumahan," ujarnya saat memimpin Rapat Koordinasi Program 3 Juta Rumah di Menara 2 BTN, Jakarta, Selasa (26/11/2024), dikutip dari unggahan akun Instagram resmi Kementerian PKP.
Pertanyaannya, tanpa ganti nama pun publik telah mengetahui kalau BTN bank yang identik dengan bank perumahan rakyat.
Kalau begitu, untung ruginya ganti nama perlu dikaji matang-matang. Memang, dengan mengganti nama, akan lebih menegaskan arah bisnis BTN.