Dari sisi budaya pun, mungkin juga ada yang permisif terhadap poligami, meskipun ini perlu didalami lebih lanjut.
Namun, jika itu diartikan sebagai perselingkuhan, memang perlu berhati-hati menafsirkannya. Jika masyarakat memandang perselingkuhan sebagai hal yang biasa, akan berbahaya.
Kembali ke lagu di atas, sepertinya banyak wanita yang menyukai lagunya, meskipun secara umum mereka bisa dikatakan tidak mau dimadu.
Sedangkan laki-laki, wajar-wajar saja menyukai lirik lagunya, apalagi para suami pemuja poligami.
Jika lirik lagu dianggap mewakili apa yang berkembang di tengah masyarakat, apakah bisa kita artikan bahwa jadi pelakor saat ini bukan lagi hal yang tabu?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H