Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Hengkangnya Bank Asing dan Dominasi 4 Bank Besar di Indonesia

18 Desember 2023   06:05 Diperbarui: 18 Desember 2023   06:12 657
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: REUTERS/Mike Segar, dimuat cnbcindonesia.com

Berita adanya beberapa bank asing yang memilih hengkang dari Indonesia dalam beberapa bulan terakhir ini, mungkin tidak terlalu menghebohkan masyarakat banyak.

Hal itu karena nasabah bank-bank asing yang beroperasi di negara kita menyasar segmen kelas menengah ke atas yang jumlahnya relatif terbatas.

Padahal, awalnya banyak bank asing yang mengincar Indonesia karena dinilai sebagai pasar yang besar. Jika diasumsikan 1 persen saja penduduk Indonesia yang jadi nasabahnya, sudah lumayan.

Ternyata, justru mencari satu persen itu bukan hal yang gampang bagi bank asing, karena warga kelas menengah ke atas tersebut rata-rata sudah menjadi nasabah setia di bank lain.

Buktinya, baru-baru ini media massa meramaikan soal ditutupnya bisnis beberapa bank asing di Indonesia.

Pertama, Citibank Indonesia secara resmi menutup bisnis consumer banking-nya dan diakuisisi oleh Bank UOB Indonesia. Ini agak mengejutkan mengingat Citibank sudah masuk Indonesia cukup lama.

Citibank boleh dikatakan sebagai pelopor bank asing di Indonesia di era Orde Baru karena sudah beroperasi sejak 1968. Pada masa jayanya, Citibank berjasa mencetak bankir-bankir top.

Maksudnya, orang-orang yang sukses berkarier di Citibank laris manis dibajak bank-bank lain, karena sistem pengembangan karier di Citibank dianggap sebagai jaminan mutu.

Demikian pula bagi para nasabahnya, ada kebanggaan tersendiri karena merasa sebagai orang kelas atas.

Ironisnya, UOB Indonesia sebagai bank yang mengakuisisi bisnis konsumer Citibank, jauh lebih belakangan beroperasi di negara kita. UOB adalah bank terkenal di Singapura.

Kedua, Commonwealth Bank menjual sahamnya ke Bank OCBC NISP. Commonwealth Bank menutup operasinya di Indonesia dan memilih fokus di negara asalnya, Australia dan Selandia Baru.

Ketiga, Standard Chartered Bank Indonesia menjual kredit ritelnya ke bank milik Grup MUFG, yakni PT Bank Danamon Indonesia, seperti ditulis cnbcindonesia.com (21/11/2023).

Daftar di atas menjadi semakin panjang kalau dihitung bank asing yang cabut dari Indonesia di tahun-tahun sebelumnya, seperti Rabobank, RBS Indonesia, ANZ Indonesia, dan Barclays Indonesia.

Selama ini, perusahaan asing yang di level internasional punya nama besar, jika masuk ke Indonesia, menjadi sesuatu yang dianggap mengancam perusahaan lokal yang bergerak di bidang yang sama.

Tapi, untuk industri perbankan kondisi demikian tidak berlaku. Nasabah yang sudah nyaman dengan suatu bank, relatif sulit pindah ke lain hati.

Apalagi, bila seorang nasabah sudah mengenal secara personal beberapa petugas di bank tempatnya membuka rekening, sehingga bila ada apa-apa merasa ada petugas yang membantu.

Kemudian, banyak pula bank yang melakukan pendekatan melalui kelembagaan. Maksudnya, dengan melobi kepala dari suatu lembaga, maka semua karyawan di lembaga itu digaet jadi nasabah.

Hal itu contohnya berkaitan dengan penyaluran gaji karyawan, di mana biasanya karyawan harus membuka rekening untuk menerima gaji dan tunjangan lainnya.

Dalam hal penyaluran kredit berbunga rendah karena disubsidi pemerintah, bank asing jelas tidak kebagian. Hanya bank-bank milik negara/daerah serta beberapa bank swasta nasional yang ditunjuk.

Dengan kondisi seperti di atas, struktur kompetisi perbankan di negara kita barangkali kurang begitu kondusif bagi bank asing.

Akhirnya, sudah cukup lama perbankan di Indonesia sangat dominan dikuasai oleh 4 besar berikut ini, yang dikutip dari berita di cnbcindonesia.com (17/10/2023).

Berita tersebut bersumber dari Statistik Perbankan Indonesia yang dirilis oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Pertama, Bank Rakyat Indonesia (BRI) yang pada posisi akhir Agustus 2023 tercatat mempunyai aset sebesar Rp 1.696,62 triliun. Aset ini adalah aset bank only (di luar aset anak perusahaan).

Kedua, Bank Mandiri dengan aset sedikit di bawah BRI, yakni sebesar Rp 1.531,37 triliun. Perlu diketahui, Bank Mandiri adalah hasil merger 4 bank setelah terjadi krisis moneter 1998.

Empat bank dimaksud semuanya milik pemerintah, yang terdiri dari Bank Ekspor Impor Indonesia, Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara dan Bank Pembangunan Indonesia.

Ketiga, Bank Central Asia (BCA), pada posisi yang sama, yakni per 31 Agustus 2023 tercatat memiliki aset sebesar Rp 1.328,19 triilun.

Keempat, Bank Negara Indonesia (BNI) yang mencatatkan total nilai aset mendekati Rp 1.000 triliun, tepatnya sebesar Rp 946,91 triliun.

Kelima, Bank Tabungan Negara (BTN) dengan total aset sebesar Rp 407,91 triliun per 31 Agustus 2023.

Sengaja data posisi bank terbesar kelima ditampilkan di atas, agar terlihat betapa besar selisih asetnya dengan bank peringkat keempat.

Sehingga, terbukti bahwa 4 bank besar di atas betul-betul terlihat seperti "raksasa" di antara bank-bank lain yang beroperasi di Indonesia.

Hingga beberapa tahun yang lalu, posisi ke 5 dipegang oleh Bank CIMB Niaga sebelum akhirnya digeser oleh BTN. Sekarang CIMB menduduki peringkat keenam.

Kemudian, peringat ketujuh baru ditempati oleh bank syariah, yakni Bank Syariah Indonesia (BSI).  Bank ini hasil merger Bank Syariah Mandiri, BRI Syariah dan BNI Syariah.

CIMB Niaga menjadi bank asing terbesar dibanding bank-bank asing lainnya di Indonesia. CIMB merupakan bank asal Malaysia yang mengakuisisi Bank Niaga.

Kondisi ketimpangan persaingan di atas sebetulnya bisa dikatakan kurang sehat, apalagi 3 dari 4 bank yang mendominasi berstatus Bank BUMN. 

BCA menjadi satu-satunya bank swasta yang mampu menyodok ke papan atas antara lain karena keunggulan teknologinya di bidang transaction banking.

Jadi, bagi bank swasta lainnya, termasuk pula bank asing yang beroperasi di Indonesia, perlu mempunyai strategi yang jitu agar mampu berkembang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun