Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Uang Bekerja untuk Anda, Ini Hasilnya Setelah 10 Tahun

16 November 2022   05:12 Diperbarui: 16 November 2022   05:29 2271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dok. Shutterstock, dimuat Kompas.com

Jika Anda bekerja untuk mendapatkan uang, ya memang begitulah normalnya. Ada yang bekerja di kantor, berdagang di pasar, bertani di sawah atau kebun, dan sebagainya.

Semuanya berujung demi mendapatkan uang, bukan? Memang, bukan uang yang menjadi sumber kebahagiaan. Tapi, dengan uang kita dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Nah, kalau Anda sering mendengar atau membaca pendapat para financial planner, tentu sudah paham bahwa mereka sering menyarankan agar:"biarkan uang bekerja untuk Anda".

Maksudnya, dengan sejumlah dana tertentu, Anda akan mendapat yang namanya passive income. Anda bertindak pasif saja, ya katakanlah duduk manis atau rebahan saja di rumah.

Nanti yang aktif itu bukan Anda, tapi justru uangnya. Sehingga, uang Anda seiring berlalunya waktu akan membengkak dan membengkak lagi.

Sebetulnya, istilah uang bekerja untuk Anda tersebut berasal dari sebuah buku yang ditulis oleh Robert T. Kiyosaki.

Dengan melihat hubungan antara uang dan orang, Kiyosaki membagi 4 kuadran atau 4 kelompok, yakni sebagai berikut:

Pertama, kelompok para pekerja yang mendapatkan gaji atau upah. Mereka bisa pekerja kantoran, pekerja pabrik, atau bahkan asisten rumah tangga.

Kedua, kelompok self employeed, pekerja lepas yang bersifat individual dan mendapat uang dari klien atau pelanggannya. Contohnya, para arsitek, dokter praktik pribadi, hingga pemangkas rambut.

Ketiga, kelompok usahawan atau business owner yang mempekerjakan orang lain dan membayar gaji atau upah. Lazimnya mereka memiliki perusahaan, dari skala rumah tangga hingga korporasi.

Keempat, inilah kelompok yang sudah mempunyai kebebasan finansial, yakni para investor yang membiarkan uang bekerja untuk mereka.

Jadi, sambil uang tersebut bekerja, mereka bisa memanfaatkan waktunya dengan melakukan apapun yang mereka inginkan.

Jika diurut berdasarkan kenyamanan, maka bisa dikatakan bahwa kelompok pertama yang paling tidak nyaman dan kelompok keempat yang paling nyaman.

Tentu saja, nyaman atau tidak nyaman di atas bersifat umum, dan secara spesifik, masing-masing orang bisa saja berbeda pendapat. 

Karena penasaran bagaimana rasanya uang bekerja, Andi, seorang karyawan di sebuah gedung jangkung di Jakarta Pusat, mencoba peruntungannya dengan melakukan investasi.

Semuanya bermula dari tahun 2012. Sepuluh tahun setelah itu, atau pada 2022, Andi memasuki masa pensiun. 

Meskipun nanti Andi akan mendapatkan uang pensiun bulanan, tapi karena jumlahnya jauh di bawah gajinya saat aktif bekerja, ia ingin ada tambahan dari hasil investasi.

Dengan goyang-goyang kaki, uang akan datang sendiri.  Itulah yang diinginkan Andi. 

Ia tak mau seperti temannya yang tetap berburu pekerjaan pada masa pensiunnya. Bagi Andi, pensiun ya pensiun. Titik.

Ke mana Andi berinvestasi? Ia sangat berhati-hati, dan sangat tidak tergiur dengan tawaran dari berbagai pihak yang menawarkan imbalan sangat tinggi.

Hal itu menurutnya tidak logis dan berpotensi sebagai investasi bodong. Amit-amit, Andi tidak mau terjebak.

Akhirnya dengan inisiatif sendiri, ia menghubungi sebuah lembaga yang disebut dengan Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) yang ada di sebuah bank milik negara.

Alhamdulillah, saat membuka rekening di DPLK, Andi punya tabungan Rp 200 juta yang merupakan akumulasi dari yang disisihkannya setiap bulan selama belasan tahun.

Modal sebesar tersebut di atas, dimasukkan ke DPLK dengan memilih instrumen investasi jenis "campuran".

Instrumen investasi yang bisa dipilih peserta DPLK terdiri dari jenis pendapatan tetap, pasar uang, saham, dan campuran dari berbagai jenis.

Jenis pendapatan tetap maksudnya oleh manajer investasi di DPLK akan ditempatkan pada instrumen keuangan yang memberikan imbalan yang tetap setiap bulannya.

Contohnya adalah obligasi atau sukuk (obligasi syariah), baik yang diterbitkan pemerintah maupun korporasi, dan jatuh temponya 1 tahun atau lebih. 

Sedangkan yang masuk jenis pasar uang, contohnya adalah deposito, Sertifikat Utang Negara (SUN), Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan obligasi yang jatuh temponya kurang dari 1 tahun.

Untuk jenis saham, pihak DPLK akan menempatkannya pada berbagai saham blue chip (unggulan) yang diperdagangkan di bursa saham.

Secara teoritis, instrumen dalam bentuk saham paling berisiko, namun juga berpotensi mendatangkan imbalan yang tinggi bila harga saham naik tajam.

Sedangkan jenis pendapatan tetap dan pasar uang mempunyai risiko yang relatif rendah dan imbalannya tergolong moderat .

Andi memutusakan menggunakan jenis campuran dengan komposisi 35 persen pasar uang, 35 persen pendapatan tetap dan 30 persen saham.

Lalu, tibalah di tahun 2022. Andi menutup rekening DPLK-nya dengan mendapatkan dana sebesar Rp 560 juta (angka persisnya tidak bulat seperti itu). 

Dana tersebut dipotong pajak sebesar 5 persen. Akumulasi dana di bawah Rp 50 juta tidak kena pajak. Jadi, untuk Andi, pajak dihitung dari Rp 510 juta (pajaknya sekitar Rp 25 juta).

Jika dirinci per komposisi, persentase hasil pengembangan dana terbesar didapat dari pendapatan tetap dan yang terendah dari saham.

Tentu, semua itu tergantung kelihaian manajer investasi di suatu DPLK. Bisa jadi di DPLK lain justru jenis saham yang paling tinggi hasil investasinya.

Rencana Andi, dana itu akan dibelikan surat utang pemerintah, dan saat ini lagi ditawarkan Sukuk Tabungan (ST) seri 009.

Dengan suku bunga ST 009 sebesar 6,15 persen dan dana yang diinvestasikan Rp 500 juta, diperkirakan Andi mendapat imbalan sekitar Rp 2,3 juta per bulan (setelah dipotong pajak 10 persen dari bunga diterima).

Nah, itulah yang menjadi tambahan penghasilan Andi secara tetap, selain bersumber dari pensiun bulanannya.

Demikian kisah Andi dalam mengejar mimpinya, semoga bisa bermanfaat bagi Anda yang ingin mengikuti jejak Andi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun