Pada umumnya, masyarakat kita, termasuk kelas menengah ke bawah, sudah semakin sadar akan pentingnya investasi sebagai salah satu upaya meraih kesejahteraan yang lebih baik.
Tentu, bagi masyarakat yang penghasilannya terbatas, jumlah yang dialokasikan untuk berinvestasi juga kecil, bahkan mungkin belum bisa. Tapi, mereka sudah tahu jika punya uang lebih, sebaiknya diinvestasikan.
Masalahnya, pemahaman pentingnya investasi belum diikuti dengan pengetahuan yang memadai tentang berbagai jenis investasi yang ada.
Sebagian masyarakat sering hanya sekadar ikut-ikutan. Jika orang ramai-ramai menanam modal di suatu lembaga yang menjanjikan imbalan besar, rasanya rugi kalau tidak ikut.
Akhirnya, tak sedikit mereka yang mau untung, malah buntung. Jangankan imbalan investasi, pokok investasi pun lenyap begitu saja ditelan oknum-oknum yang menipu lewat penawaran investasi bodong.
Dua di antara sekian banyak pola investasi bodong yang sering terjadi sejak dulu dan sampai sekarang diduga masih saja muncul, adalah pola skema ponzi dan pola monkey business.
Skema Ponzi adalah modus penipuan yang menjanjikan keuntungan cepat dengan persentase imbalan yang sangat tinggi bagi para investornya. Disebut sangat tinggi karena imbalan tersebut bisa beberapa kali lipat dari suku bunga deposito bank.
Keuntungan itu bukan karena pengelolanya memutarkan uang dalam bisnis tertentu, tapi diambil dari setoran investasi anggota yang bergabung lebih belakangan.
Artinya, anggota yang lebih dahulu bergabung akan menuai untung, yang membuat banyak orang lain tergiur dan ikut-ikutan menanamkan uangnya.
Padahal, mereka yang lebih belakangan bergabung akan menderita kerugian ketika pengelola investasi kabur tak tahu rimbanya setelah jumlah anggota baru yang direkrut mulai makin berkurang.